Kita tidak perlu menyangsikan duka yang teramat dahsyat dialami oleh Presiden keenam, Susilo Bambang Yudhoyono karena kehilangan belahan jiwa. Raut wajahnya memperlihatkan hal itu dengan jelas.
Tragedi ini seakan menyadarkan kita tentang sebuah kisah sejati dari seorang pemimpin dan publik figur di Indonesia. 43 tahun mereka hidup bersama dalam suka dan dukanya.
Pepatah mengatakan bahwa di balik pria yang sukses ada wanita yang hebat. Begitu pula dengan SBY, di belakangnya ada sang istri yang selalu memberikan dukungan kepada dia.
Pasangan sejati, belahan jiwa, merupakan tempat yang teduh untuk pelipur lara dalam menjalani kerasnya kehidupan. Terutama dalam dunia perpolitikan di Indonesia.
Ibu Ani juga menjadi sandaran keluarga, ibu yang welas asih bagi anak anaknya. Di tangan sang ibu, seorang anak bisa menjadi hebat.
Karena itu, patutlah menjadi pertanyaan, apakah SBY bisa bertahan sepeninggal Bu Ani? Apalagi masyarakat mengenal SBY sebagai pria yang agak 'baper' atau sedikit emosionalÂ
Kepergian Bu Ani adalah pukulan berat yang sangat mengguncang jiwanya. SBY pasti merasa luluh lantak, seperti dicabut tulang tulangnya. Ibarat pepatah, hidup segan mati tak mauÂ
Namun saya memperkirakan bahwa SBY akan mencoba dan sanggup bertahan untuk beberapa waktu lamanya. Sebab utama adalah demi wasiat terakhir Ibu Ani.
Pertama adalah mewujudkan keinginan Bu Ani jika berhasil sembuh dan pulang ke rumah. Keinginan ini tidak muluk-muluk, tetapi menjalani hidup sebagai anggota masyarakat biasa dan melupakan dunia politik.
Di antaranya adalah berkebun, misalnya membuat kebun bunga. Salah satu kesukaan Bu Ani adalah menanam bunga bunga. Dalam akun medsos yang dimilikinya banyak foto foto bunga yang indah.
Selain itu Bu Ani ingin menjalin silaturahmi dengan handai taulan, baik teman maupun kerabat. SBY bisa melanjutkan rencana itu meski tidak didampingi oleh Bu Ani.
Kedua adalah menjadi single father bagi kedua putranya. Benar mereka sudah dewasa, tetapi mereka masih butuh pendampingan selama berkiprah di dunia politik.
Terutama adalah putra yang sedang digadang-gadang untuk mencapai puncak karir politik yaitu Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY. Putra ini masih setengah jalan dalam pergulatan politik, belum bisa dilepaskan sendiri.
Pergesekan politik di Indonesia sangat keras dan ganas. Tanpa pendampingan orang tua yang sudah berpengalaman, AHY bisa salah jalan atau salah langkah.
Karena itu SBY harus bisa bertahan sekuat mungkin untuk menjadi penyangga putranya. Mungkin jika AHY telah sanggup menghadapi pertarungan politik sendiri, SBY bisa beristirahat.
Mungkin SBY butuh waktu untuk menyeimbangkan kembali suasana batinnya. Kehilangan belahan jiwa tidak bisa dilipur dalam waktu singkat.Â
Akan lebih baik untuk sementara menyingkir dari perseteruan pilpres. Toh, tinggal menunggu hasilnya saja. Saya yakin AHY sudah berada dalam posisi aman.
Tabahkan hatimu SBY. Kami merasakan dukamu. Seluruh masyarakat Indonesia juga kehilangan seorang wanita yang hebat dan tangguh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H