Kalau dibilang menu favorit, sebetulnya tidak ada yang betul-betul favorit buat saya. Kebetulan saya tidak termasuk fanatik terhadap makanan tertentu.
Saya makan apa yang saya inginkan. Kadang keinginan berubah ubah setiap hari, tergantung mood saja. Kadang juga sudah merasa cukup dengan makan biskuit serta secangkir kopi.
Boleh dibilang, saya tidak tergantung pada nasi. Saya bisa makan yang lain selama beberapa hari tanpa nasi. Saya makan nasi hanya kalau lagi ingin saja.Â
Begitu pula dengan bulan Ramadhan ini, saya tidak menargetkan makanan tertentu. Apa yang ada, dimakan. Sesekali beli di penjaja makanan dadakan yang banyak muncul pada bulan ini.
Jika memang tidak ada undangan berbuka puasa, cari takjil tidak perlu jauh-jauh. Saya hanya mencari makanan yang bisa dijangkau dengan jalan kaki. Umpama, tetangga yang berjualan atau kelompok pedagang di depan perumahan.
Menu yang dibeli biasa saja, ada gorengan dan es kelapa muda atau es buah. Kolak dan kurma juga menjadi takjil yang mudah didapat.
Nah, kemarin kebetulan ketika hendak membeli takjil, melihat pedagang nasi goreng yang sepi. Tidak ada kerumunan orang seperti yang membeli makanan kecil.
Maka saya pilih ke sana saja, lumayan tidak perlu antri. Soalnya saya orang yang tidak betah menunggu lama. Saya pesan bihun goreng, yang sudah lama tidak saya makan.
Pedagang nasi goreng ini sangat cekatan, gerakan dia gesit. Biasanya pedagang seperti ini sudah melakoni profesi yang sama selama bertahun-tahun. Dia sudah menjadi sangat ahli.
Dalam waktu sekejap ia memecahkan telur, mencincang sayuran dan bihun. Lalu semua disatukan dalam penggorengan yang telah dipanaskan. Bau harum membuar dari wajan besar itu.
Tak butuh waktu lama, hanya sepuluh menit bihun goreng itu sudah selesai dimasak. Pedagang itu segera membungkus dengan rapi. Jadilah saya menenteng bungkusan bihun goreng.
Sebelum adzan makanan sudah tersusun di atas meja. Piring berisi gorengan, satu baskom kecil es buah dan teko berisi teh manis.
Begitu saja saya sudah merasa nikmat, mensyukuri apa yang diberikan Allah sebagai rejeki. Terbayang orang orang yang tidak memiliki makanan seperti di Palestina dan Yaman.
Alhamdulillah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H