Kalau bicara soal guru honorer, selalu mendatangkan kesedihan. Karena pada umumnya, nasib guru honorer lebih banyak penderitaannya dari kebahagiaannya.
Ini adalah problem yang sudah berkarat selama puluhan tahun. Tapi tidak ada yang sungguh sungguh ingin mengubahnya.Â
Guru honorer yang beruntung apabila dia mengajar pada sebuah sekolah bergengsi. Honor yang diterima cukup tinggi, berdasarkan hitungan jam mata pelajaran. Sedangkan guru honorer sekolah biasa, paling banter hanya cukup untuk makan dan ongkos.
Nasib guru honorer di daerah jauh lebih mengenaskan. Banyak yang menerima kurang dari 500 ribu per bulan. Bagaimana mereka bisa bertahan?Â
Ada beberapa sahabat yang menjadi guru honorer. Selama ini belum pernah menikmati kesejahteraan, terutama yang belum mengikuti sertifikasi.
Berikut ini beberapa masalah yang membelit guru honorer:
1. Honor terlalu kecil. Pada setiap sekolah, jumlah kisaran honor guru berbeda. Biasanya besar honor perjam dikalikan berapa kali dia mengajar.
Di daerah daerah, honor yang disediakan sekolah sangat kecil. Apalagi sekolah swasta yang tidak memiliki donatur tetap. Seorang guru honorer perempuan di wilayah Sumatera, ada yang cuma menerima kurang dari 300 ribu perbulan.
2. Honor sering terlambat. Sudahlah jumlahnya kecil, seringkali honor juga terlambat diberikan. Alasannya, kiriman dari pusat juga terlambat.
Mereka sering kali tidak diprioritaskan dalam pembagian gaji, dikesampingkan. Padahal kerja mereka juga sama beratnya dengan guru tetap.