Sebetulnya saya malas ikut pemilu kali ini, niatnya mau golput. Apalagi rumah sudah tidak lagi sesuai dengan KTP karena pindah.
Saya tidak pernah mengecek apakah nama saya tercantum sebagai pemilih. Apalagi website KPU begitu sulit untuk dibuka, dan saya enggan datang ke RT/RW atau kelurahan.
Namun entah mengapa, pagi ini saya digerakkan untuk melangkah ke TPS. Meski harus naik angkot tiga kali, sampailah saya ke Perumnas Depok Jaya.
Sambil bernostalgia dan mengenang masa lalu, saya sarapan dahulu makan ketupat sayur langganan keluarga. Setengah itu baru ke TPS.
Ada rasa gembira ketika bertemu dengan tetangga lama. Kami saling bersilaturahmi, sambil menyesali waktu yang cepat berlalu. Banyak yang sudah kelihatan tua.
Beberapa papan terpampang di depan TPS. Salah satunya adalah daftar DPT. Â Sedangkan papan lainnya untuk para caleg dan calon DPD.
Ternyata nama saya memang masih tercantum di DPT Depok ini. Bahkan ada di halaman depan, nomor lima. Tapi yang membuat saya heran, ada nama ibu kandung saya.
Padahal ibu kandung saya sudah meninggal sejak tahun 2010. Saat itu juga saya masih tinggal di Depok.
Pada pemilu 2014 yang lalu, nama Ibu saya sudah tidak ada. Anehnya kok malah muncul lagi pada pemilu kali ini.
Saya tidak bisa bertanya pada petugas yang ada, karena mereka juga tidak tahu menahu. Beberapa petugas adalah teman main saya waktu kecil. Mereka hanya menerima data dari kelurahan.
Ketika saya ceritakan kepada kakak yang ada di Cibinong, ia menjadi cemas. Kami kuatir hak suara ibu akan disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.