Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Belajar dari Kasus Tirto, Pembuat Meme Berpotensi Memecah Belah Bangsa

20 Maret 2019   10:03 Diperbarui: 20 Maret 2019   10:11 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KH Ma'ruf Amin (dok.tirto)

Sangat disayangkan bahwa Tirto.id tersandung masalah meme mengenai KH Ma'ruf Amin. Meme itu mengundang kemarahan banyak orang.

Sudah sewajarnya jika kemudian PBNU melaporkan hal ini kepada pihak yang berwajib. Karena ini menyangkut fitnah dan pencemaran nama baik.

Ada etika moral yang ditabrak dengan keras. Betapa beraninya pembuat meme tersebut memenggal kalimat sehingga yang timbul adalah fitnah.

Masalahnya adalah KH Ma'ruf Amin adalah benar benar ulama yang peduli politik. Bukan politikus yang menyamar sebagai ulama seperti yang sekarang banyak bertebaran.

Kalau pembuat meme beragama Islam, ia akan tahu resikonya. Fitnah kepada orang biasa saja termasuk dosa besar, apalagi fitnah terhadap ulama.

Terlepas dari masalah itu, meme tersebut telah menjatuhkan kredibilitas Tirto sebagai media yang bisa dipercaya. Akhirnya Tirto hanya dianggap sebagai media sampah, yang tidak jauh kelasnya dengan yellow press.

Sebagai sebuah media, ada beberapa hal yang saya herankan. Apakah kasus meme ini betul-betul merupakan kelalaian semata, atau ada sesuatu di balik pembuatan meme.

Pertama, pembuat meme bisa memenggal kalimat seenaknya. Apakah dia tidak mengerti tata bahasa Indonesia yang baik dan benar? Kecuali dia memang preman pasar yang biasa berbahasa kasar.

Ada pula kemungkinan bahwa dia memang berniat memenggal kalimat itu dengan sengaja. Terutama jika dia secara pribadi adalah pendukung dari Paslon 02. 

Atau jika dia melakukan hal itu karena perintah orang lain yang disegani olehnya. Bisa jadi atasan dia ( redaktur), atau orang luar.

Jika memang Tirto ingin memperbaiki diri, lihat latar belakang si pembuat meme. Barangkali ada yang mengendalikan dia.

Kedua, masalah redaktur yang membawahi si pembuat meme. Redaktur adalah filter apakah karikatur atau tulisan layak ditayangkan di media tersebut.

Saya heran jika meme itu bisa lolos dari meja redaktur. Apakah karena kecerobohan atau si redaktur juga mendukung si pembuat meme.

Redaktur yang meloloskan meme tersebut juga harus diselidiki dengan seksama karena ini merupakan tanggung jawab dia. Meme yang berpotensi menimbulkan keresahan selayaknya tidak ditayangkan.

Ketiga, perlu diketahui pula apakah pembuatan meme politik merupakan kebijakan media ini. Jika benar, mungkin ada keterlibatan pemimpin redaksi atau bahkan pemilik media untuk menayangkan meme tertentu.

Sungguh memprihatinkan jika media sembarangan saja terhadap setiap berita dan meme yang ditayangkan. Mereka harus memikirkan efek dari pemberitaan dan meme tersebut.

Jika hal itu hanya untuk meraih pembaca terbaru, berarti Tirto tidak memiliki nasionalisme. Bagi media ini, materi mungkin lebih dipikirkan.

Saya ingin menekankan bahwa pembuat meme memiliki potensi besar untuk memecah belah umat/bangsa. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang langsung menelan apa yang tersaji tanpa ricek.

Begitu mudahnya berita negatif, hoaks dan meme menyebar tanpa pertimbangan. Dan mereka yang membaca langsung mempercayai hal itu.

Karena itu kalau terus menerus dibiarkan, rakyat semakin terkotak-kotak. Hal inilah yang diinginkan negara negara besar. Dengan melempar 'satu batang korek api' maka Indonesia akan terbakar. 

Saya mengimbau kepada pembuat meme, jangan sekedar mementingkan diri sendiri atau kelompok. Pikirkan untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun