Kedua, masalah redaktur yang membawahi si pembuat meme. Redaktur adalah filter apakah karikatur atau tulisan layak ditayangkan di media tersebut.
Saya heran jika meme itu bisa lolos dari meja redaktur. Apakah karena kecerobohan atau si redaktur juga mendukung si pembuat meme.
Redaktur yang meloloskan meme tersebut juga harus diselidiki dengan seksama karena ini merupakan tanggung jawab dia. Meme yang berpotensi menimbulkan keresahan selayaknya tidak ditayangkan.
Ketiga, perlu diketahui pula apakah pembuatan meme politik merupakan kebijakan media ini. Jika benar, mungkin ada keterlibatan pemimpin redaksi atau bahkan pemilik media untuk menayangkan meme tertentu.
Sungguh memprihatinkan jika media sembarangan saja terhadap setiap berita dan meme yang ditayangkan. Mereka harus memikirkan efek dari pemberitaan dan meme tersebut.
Jika hal itu hanya untuk meraih pembaca terbaru, berarti Tirto tidak memiliki nasionalisme. Bagi media ini, materi mungkin lebih dipikirkan.
Saya ingin menekankan bahwa pembuat meme memiliki potensi besar untuk memecah belah umat/bangsa. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang langsung menelan apa yang tersaji tanpa ricek.
Begitu mudahnya berita negatif, hoaks dan meme menyebar tanpa pertimbangan. Dan mereka yang membaca langsung mempercayai hal itu.
Karena itu kalau terus menerus dibiarkan, rakyat semakin terkotak-kotak. Hal inilah yang diinginkan negara negara besar. Dengan melempar 'satu batang korek api' maka Indonesia akan terbakar.Â
Saya mengimbau kepada pembuat meme, jangan sekedar mementingkan diri sendiri atau kelompok. Pikirkan untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H