The Daily Mirror dikritik keras di media sosial. Media ini terkesan menutupi teroris Australia yang menewaskan 50 orang selama sholat Jumat di dua masjid di Christchurch Selandia Baru. Padahal ketika yang melakukan aksi adalah muslim, langsung dihakimi oleh media tersebut.
Surat kabar Inggris Daily Mirror anehnya menampilkan seakan Tarrant adalah orang yang baik. Media ini menyajikan sebagian besar halaman untuk foto masa kecil Tarrant dan menekankan sebagai bocah tak berdosa, bukan sebagai  pembunuh berdarah dingin.
Daily Mirror menggambarkan Brenton Tarrant sebagai "bocah malaikat yang tumbuh menjadi pembunuh massal sayap kanan yang jahat."
Pengguna Twitter juga mengkritik Daily Mirror karena tidak menyebut pelaku sebagai teroris tetapi menyebutnya sebagai pembunuh. Tetapi kalau muslim membunuh satu orang saja, langsung disebut teroris.
Pembaca kritis juga membandingkan halaman depan surat kabar untuk serangan teror Selandia Baru dengan serangan teror sebelumnya yang dilakukan oleh teroris dengan Timur Tengah yang digambarkan sebagai teroris.Â
Judul surat kabar untuk penembakan klub malam Orlando yang terkait dengan Daesh, dilakukan oleh warga Afganistan-Pashtun berusia 29 tahun yang menewaskan 49 orang pada 12 Juni 2016 adalah "maniak ISIS membunuh 50 orang di klub gay."
Pembaca mempertanyakan mengapa teroris lain digambarkan seperti itu tetapi mengapa teroris Australia disebut sebagai pembunuh massal sayap kanan. Jelas tidak adil dan keberpihakan kepada kulit putih.
Teroris berusia 28 tahun itu, yang merupakan warga negara Australia dengan keturunan Skotlandia, menewaskan 50 orang di Masjid Al Noor dan masjid lain di pinggiran selatan kota Linwood.
Sedangkan lebih dari 40 orang masih dirawat di rumah sakit karena cedera, termasuk seorang anak berusia 4 tahun.  Serangan teror  Jumat lalu yang dianggap sebagai yang paling mematikan yang ditujukan terhadap Muslim di Barat pada zaman modern.
Menumbuhkan Islamophobia
Perlakuan yang tidak adil dari Daily Mirror juga dilakukan oleh media media Barat. Misalnya CNN, BBC, dan media mainstream lainnya.
Media media tersebut selalu memojokkan umat muslim. Label"teroris hanya disematkan kepada kaum muslim. Padahal sejatinya pelaku teroris bisa dari agama apa saja.
Aksi brutal yang menewaskan banyak orang justru dilakukan oleh non muslim. Namun mereka tidak pernah disebut teroris, bahkan juga pada kasus genosida yang menimbulkan korban ratusan hingga ribuan orang.
Masyarakat yang mengkonsumsi media media Barat, selalu dicekoki berita semacam itu. Mereka seperti dicuci otak sehingga yang ada dalam kepala mereka, kaum muslim adalah teroris.
Akibatnya Islamophobia tumbuh dan berkembang pada masyarakat yang demikian. Hal itu dimanfaatkan oleh politikus sayap kanan untuk mengguncang pemerintah yang membela kaum muslim.
Pemberitaan yang secara masif menyudutkan agama Islam dan penganutnya sudah teramat parah Walaupun teknologi semakin canggih dan kebenaran berusaha diungkapkan, mereka sudah terlanjur mempercayai hal itu.
Masalahnya, media media Barat memang dikuasai oleh pengusaha keturunan Yahudi Israel. Dan mendiskreditkan kaum muslim adalah bagian dari program mereka.
Teknologi harus dilawan dengan teknologi. Seandainya ada ilmuwan dan jutawan muslim yang bisa menguasai media dan menjadi pembanding, mungkin ceritanya akan berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H