CNN mendeteksi bahwa Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) telah memberikan senjata buatan AS kepada para teroris yang terkait dengan Al-Qaeda dan milisi serta kelompok lainnya yang berperang di Yaman. Hal itu membuktikan kalau mereka melanggar perjanjian senjata yang dibuat dengan Washington.
Penyelidikan CNN menemukan bahwa senjata buatan AS bahkan berhasil mencapai kelompok-kelompok yang didukung Iran. Konflik kepentingan yang melibatkan Washington, yang telah memberikan dukungan di belakang Arab Saudi dalam upaya untuk melawan pengaruh Iran di wilayah tersebut.
Arab Saudi, yang memimpin koalisi di Yaman, dan mitra utamanya UEA, telah menggunakan senjata AS untuk membeli loyalitas suku dan kelompok militan. Menurut komandan kelompok dan analis kepada CNN, mereka  berupaya mengendalikan lanskap politik yang rumit di Yaman.
Sejauh ini, Amerika Serikat  merupakan pemasok senjata terbesar ke Arab Saudi dan UEA, dan dukungannya terhadap sekutunya tersebut sangat penting bagi perang di Yaman. Kebijakan ini sebenarnya telah dikecam oleh Kongres Amerika Serikat.
Menurut Departemen Pertahanan Amerika Serikat, menyalurkan  peralatan militer ke pihak ketiga melanggar ketentuan perjanjian senjata koalisi yang dipimpin Saudi dengan AS. Tetapi  Arab Saudi dan UEA tidak peduli, mereka tetap melaksanakan aksinya demi menghancurkan Yaman.
Brigade Abu Abbas, sebuah kelompok militan yang memiliki hubungan dengan al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP), diketahui menggunakan kendaraan lapis baja Oshkosh buatan Amerika Serikat, yang mereka pamerkan di jalan-jalan kota pada 2015.
Pendiri kelompok itu, Abu Abbas, terdaftar sebagai teroris oleh Amerika Serikat pada tahun 2017, tetapi milisi masih memegang dukungan koalisi Saudi. Kelompok itu bahkan bergabung dengan Brigade ke-35 Tentara Yaman yang didukung oleh koalisi.
Yaman telah terlibat dalam perang saudara yang mengadu koalisi pimpinan Saudi melawan Houthi yang didukung Iran sejak Maret 2015. Koalisi itu bertujuan mengembalikan pemerintahan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi yang telah diasingkan hingga saat ini.
Warga sipil menanggung beban konflik. Angka PBB terakhir yang tersedia untuk jumlah korban sipil diumumkan pada tahun 2016 dan mencapai lebih dari 10.000 orang. Proyek Data Lokasi & Peristiwa Konflik Bersenjata, yang melacak kekerasan di Yaman, justru memperlihatkan korban mencapai a di sekitar 57.000 orang.Â
Perang telah merusak infrastruktur Yaman, melumpuhkan sistem kesehatannya dan mendorong negara itu menjadi negeri  termiskin di dunia Arab. Rakyat Yaman mati kelaparan. Sementara itu Arab Saudi dan UEA tetap  membawa senjata, misil pencari panas, artileri, rudal anti tank dan kendaraan lapis baja.
Pasar senjata, baik gelap maupun terang terangan, Â menjual granat tangan, pistol, dan senapan serbu AS atas pesanan khusus di kota Hodeida di barat daya. Penyelidikan sebelumnya telah mengungkapkan bahwa senjata buatan AS telah digunakan dalam serangan mematikan oleh koalisi Saudi yang menewaskan puluhan warga sipil, termasuk banyak anak-anak.
Ketika pers negatif tentang perang di Yaman meningkat, kehendak publik AS untuk dukungan koalisi berkurang. Pada bulan Desember, Senat menyetujui resolusi untuk mengakhiri dukungan militer AS ke Riyadh. Pekan lalu, para pejabat AS melanjutkan upaya untuk lolos resolusi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H