Apa enaknya makan jajanan kaki lima? Begitu banyak pedagang makanan bertebaran di tepian jalan. Kalau di Indonesia, ada yang pasang tenda dan ada yang tidak. Kebanyakan baru muncul setelah sore hari. Hanya jalan protokol yang bebas dari pedagang makanan kaki lima.
Street food atau makanan jalanan di Jakarta sangat banyak. Misalnya di kawasan Sabang, kalau sore hingga tengah malam penuh dengan aneka penjaja makanan yang akan memuaskan para pecinta kuliner. Ada jajanan ringan dan ada makanan berat, rata-rata maknyus rasanya.
Namun menikmati makanan jalan yang lezat baru sempurna jika di sekeliling kita adalah pemandangan yang menarik dan eksotik. Bayangkan jika kamu istirahat atau  mengakhiri perjalanan di suatu tempat  yang menyenangkan di bawah langit biru jernih  atau di tepi pantai.
Suasana yang berbeda ketika aroma gigitan lezat menghantam Anda di sudut jalan. Lantas, nafsu makan kamu tergugah karena berbagai aroma yang mengundang selera. Tetiba kamu ingin berhenti dan menikmati godaan kesenangan yang menyerbu indra penciuman.
Nah, begitu yang terjadi di Istanbul. Jalan raya yang paling dikenal para wisatawan adalah jalan Istiklal, dimana bertebaran hotel dari bintang lima hingga penginapan backpacker. Di sana juga berlimpah street food yang memanjakan mata dan lidah.Â
Makanan lokal adalah kesenangan yang tersaji dan mudah dijangkau di jalan-jalan di seluruh dunia. Mengapa street food sangat digemari? Karena enak, cepat dan cukup murah! Budaya makanan jalanan memiliki sejarah yang penuh warna, berasal dari Yunani kuno, Cina, dan seterusnya.
Sebenarnya, makanan  jalanan tak ubahnya seperti  adalah museum terbuka, yang mencerminkan sejarah unik, gaya hidup, nilai-nilai, dan kepercayaan di suatu tempat. Tak terkecuali di Istanbul, Turki. Makanan lokal merupakan masakan yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya.
Makanan makanan lokal  mengekspresikan identitas budaya, begitu juga para imigran yang  membawa selera dan teknik memasak yang terjaga dengan baik. Orang-orang membawa warisan budaya mereka dengan makanan dari tanah air mereka ke mana pun mereka pergi.
Sejarah Street Food
Orang Yunani kuno mengadaptasi tradisi Mesir untuk menggoreng ikan untuk dijual di jalan-jalan pelabuhan Alexandria. Tradisi ini menyebar ke seluruh dunia Romawi dan pada waktunya diperkaya dengan banyak variasi.
Pelopor kedai makanan "termopolia" dapat ditemukan di penggalian di Herculaneum dan Pompeii di mana dapur kecil memasak kacang dan farro untuk mereka yang mencari makanan cepat saji. Penduduk kota kelas menengah membeli makanan dari termopolium, karena mereka tinggal di apartemen kecil  tanpa dapur.
Jadi, makanan jalanan berevolusi selama berabad-abad, memenuhi tuntutan peradaban. Anehnya, budaya makanan jalanan kuno hanya meninggalkan sedikit jejak, tetapi ketika kita melihat ke Abad Pertengahan, banyak jalanan menjadi kotor karena pedagang membuang sampah.
Namun makanan jalanan mempertahankan daya tariknya terhadap orang-orang. Gerobak menjual hidangan siap saji, sementara kios dan gubuk menyediakan semur dan masakan panas. Manusia menciptakan resep abadi di dasar seluruh budaya kuliner, terutama dalam tradisi gastronomi Eropa.
Di Paris, ada kue yang terbuat dari berbagai isian, seperti daging rebus dengan sayuran. Kue-kue praktis ini dijual seharga beberapa sen kepada orang yang bekerja sehingga mereka bisa makan sambil bekerja tanpa perlu alat makan.
Ikan dan keripik, hidangan Inggris yang paling diinginkan di setiap jalan, adalah warisan Yahudi Sephardic yang berlindung di Inggris pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16. Ini hampir sama dengan adaptasi Mesir di Alexandria, dan menyebar ke seluruh Afrika Utara dan Spanyol Moor di Andalusia.
Warung makanan Istanbul sepanjang sejarahÂ
Menjadi ibu kota dari tiga kerajaan dan tempat percampuran budaya selama berabad-abad, Istanbul telah menjadi kota gourmet setiap langkah, dengan prasmanan, kafe elegan, dan makanan jalanan, seperti makanan pembuka, ikan segar, dan kebab.Â
Kebab banyak terdapat di kios kios kecil sepanjang jalan. Harganya bervariasi, tergantung cara penyajian dan isinya. Wisatawan yang jeli akan dapat menemukan kebab enak yang harganya sangat ramah di kantong.
Makanan jalan yang paling lezat dan sangat digemari oleh para wisatawan adalah Kumpir, kentang panggang yang diisi dengan daging, sayuran dan diberi topping keju lumer atau mayonaise. Tastenya cocok untuk semua jenis lidah, termasuk lidah orang Indonesia.
Makanan lain adalah  wafer Halva,kerang, nasi buncis yang juga dijual dalam gerobak makanan.  Gerobak yang menjual kerang, sangat sederhana, tanpa penutup seperti gerobak penjual kacang rebus di Indonesia. Sedangkan ikan goreng dapat kita temui di sekitar pelabuhan atau jembatan.
 Ini semua menjadikannya kombinasi sempurna untuk berbagai konsumen, dari kelas bawah hingga kelas atas, siapa pun dapat menikmati, kapan saja dan di mana saja. Hidangan ini telah ada selama berabad-abad.Â
Sedangkan street food paling romantis dan digemari oleh pasangan adalah yang menebar di tepian laut Marmara. Ada berbagai kafe kecil dengan makanan umum seperti teh dan simit, tetapi yang disasar wisatawan di sini adalah suasananya, terutama pada saat matahari tenggelam.