Ketika Erdogan mulai menapak ke puncak, ia berusaha melonggarkan aturan yang membelenggu kaum muslim. Ia melakukan hal itu secara perlahan.
Upaya Erdogan bukan tanpa rintangan. Para pengikut Ataturk berusaha menghalanginya. Militer, pernah menyoraki istri Erdogan, Emine yang menggunakan hijab.
Begitu pula di lembaga lembaga resmi pemerintah. Sebelum Erdogan menjadi presiden, perempuan tidak boleh mengenakan hijab. Bahkan juga di kantor AK Parti, semula belum boleh memakai hijab karena mereka sangat berhati-hati terhadap serangan oposisi yang merupakan pengikut Ataturk.
Saya tahu betul, bagaimana mahasiswi  muslim dari universitas negeri mengalami kesulitan. Mereka tidak ingin memperlihatkan rambut, tapi dilarang berhijab. Sebagai solusi, mereka terpaksa menggunakan rambut palsu.
Ketika saya berada di Istambul, banyak yang beragama Islam tapi tidak menjalankan ibadah shalat dan puasa. Hal itu karena kebiasaan dari zaman Ataturk, bukan karena Erdogan.
Justru saya melihat sebagian generasi muda sangat bersemangat untuk kembali kepada ajaran agama Islam. Mereka mulai menghadiri kajian kajian agama Islam dan mau shalat berjamaah di masjid.
Jadi, apa maksud dari pemberitaan mengenai menguatnya Atheis di masa Erdogan? Jelas ini memiliki maksud terselubung.
1. Mendiskreditkan Erdogan sebagai pemimpin dunia muslim. Negara negara Barat sangat berkepentingan untuk menjatuhkan Erdogan karena dia memiliki pengaruh yang kuat.
Media selalu menjadi alat utama bagi negara negara Barat untuk memutarbalikkan fakta, membentuk opini yang menyesatkan. Tujuannya agar tidak ada pemimpin muslim yang dapat menghalangi mereka menguasai dunia.
2. Pengikut Ataturk berusaha mengembalikan kejayaan mereka pada masa lalu. Setelah kudeta tahun 2016 gagal menjatuhkan Erdogan, mereka tetap berupaya mencari jalan.
Para pengikut fanatik Ataturk ini, tentu saja tidak keberatan bekerja sama atau menjadi antek dunia Barat. Mereka memiliki keinginan yang sama, menjatuhkan Erdogan dan mengganti pemerintahan.