Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Sensasi Jembatan Situ Gunung Sukabumi pada Musim Liburan

26 Desember 2018   21:58 Diperbarui: 27 Desember 2018   17:15 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Duduk sambil menikmati welcome drink (dok.pri)
Duduk sambil menikmati welcome drink (dok.pri)
Nah, ternyata untuk merasakan sensasi jembatan Situ Gunung, antrian panjang menanti. Selain banyak pengunjung, orang yang melewati jembatan tidak boleh lebih dari 40 orang. 

Antrian (dok.pri)
Antrian (dok.pri)
Akhirnya saat yang ditunggu tiba, saya melewati gate menuju jembatan. Terlihat sangat panjang, kalau tidak salah sekitar 243 meter. 

Bagaimana sensasinya? Begitu kita melangkah, jembatan bergoyang ke kanan dan kiri. Dan goyangan itu semakin kencang jika semakin banyak yang melewati. 

Sebenarnya kita tidak boleh terlalu lama di jembatan karena kasihan orang yang dalam antrian panjang. Tetapi para wisatawan tak mau membuang kesempatan untuk selfie sebanyak banyaknya. Bahkan ada yang membuat Vlog.

Di jembatan Situ Gunung (dok.pri)
Di jembatan Situ Gunung (dok.pri)
Memang harus pintar memanfaatkan selfie di tengah goyangan jembatan. Yang jelas, tidak ada yang berani selfie terlalu ke pinggir, takut hape tiba tiba terlepas dari genggaman dan jatuh ke lembah yang dalam.

Pengunjung dilarang keras menggoyang jembatan dengan sengaja. Apalagi jika sampai melompat atau berjingkrak. Lha wong tanpa digoyang saja, jembatan sudah berguncang. Kalau ditambah goyangan mungkin bisa putus.

Curug Sawer

Setelah melewati jembatan, ada jalan terjal menurun. Jalan itu berupa tangga batu yang cukup curam, agak melingkar menuju air terjun atau Curug dalam bahasa Sunda.

Selagi mengikuti jalan tersebut, retina hujan turun dengan lebatnya. Padahal tidak ada tempat berteduh kecuali rimbunnya dedaunan.

Kebetulan saya sudah siap menghadapi cuaca ini. Saya pun mengeluarkan jaket dan topi. Tas ransel segera diselubungi selimut plastiknya.

Saya melanjutkan perjalanan ke bawah dengan hati hati, takut terpeleset karena licin. Sampai di bawah, masih gerimis. Banyak wisatawan yang sedang berteduh, di warung kopi yang ada di sekitar air terjun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun