Siapa yang tak mengenal Jalaluddin Rumi? Seorang sufi yang sangat terkenal di seluruh penjuru dunia. Penggemar dan pengikutnya tidak terbatas pada yang beragama Islam saja, melainkan juga yang menganut kepercayaan lain. Ajarannya memang sangat universal, berlaku untuk semua orang.
Saya salah seorang pengagum Jalaluddin Rumi, kalau di Turki dikenal dengan sebutan Mevlana. Bagi saya syair-syairnya sangat indah, mengandung makna yang teramat dalam. Meski bagi sebagian orang, bahasanya seringkali terasa berat dan sulit dimengerti.
Jalaluddin Rumi adalah seorang sufi yang lahir berabad-abad yang lalu, yaitu pada tanggal 30 September 1207. Ia meninggal dunia pada tanggal 17 Desember 1273 dalam usia 66 tahun. Tetapi syair-syairnya yang berisi ajaran tentang kehidupan telah menjadi abadi.
Kota religius  Konya di provinsi Anatolia, Turki adalah tempat peristirahatannya yang terakhir. Di sanalah kita bisa melihat sebuah museum didirikan atas namanya, Museum Mevlana. Asal usul Rumi, sebenarnya adalah nama kota ini yang dulunya adalah 'Rome'.Â
Setiap tahun kota Konya selalu dikunjungi sekitar 1.5 juta orang  dari seluruh dunia. Mereka tidak hanya datang sebagai turis. Sebagian adalah orang-orang yang ingin belajar tasawuf dan menjadi sastrawan.
Selain syair-syair sufi, Rumi juga terkenal sebagai pencipta tarian sufi. Tarian ini sangat khas karena sang penari berputar-putar seperti gasing tanpa terjatuh. Kita tentu bertanya-tanya, apa dan bagaimanaRumi menciptakan  tarian ini.Â
Awal mula terciptanya tarian ini adalah suatu 'kecelakaan'. Seorang pandai besi bernama Shalahuddin Faridun Zarkub menempa besinya. Irama tempaan besi itu membuat Rumi menjadi menari hingga ekstasi. Dari bibirnya terucap syair-syair mistis berbentuk puisi.
Di sisi lain, Rumi terinspirasi dari gurunya yaitu Syamsuddin Tabrizi. Guru ini adalah sosok darwis misterius yang telah membentuk Rumi dari seorang teolog dialektis menjadi penyair sufi. Konon kemisteriusan sang guru, hampir menyamai Nabi Khidir yang sampai sekarang masih tekateki bagi kita.
Menurut Rumi, menari adalah refleksi dari cinta. Ia tidak akan berhenti menari karena cintanya kepada Allah tidak pernah berhenti. Â Tarian sufi juga filosofi makna kehidupan. Hal itu tergambar dari pakaian yang dikenakan para penari.