Menyimak perseteruan di media sosial seringkali membuat saya geleng-geleng kepala. Sekarang sudah merambah kepada ejekan terhadap fisik seseorang. Logiskah itu? Apakah memang bentuk fisik memengaruhi perolehan suara terhadap kandidat?
Sungguh naif masyarakat kita jika hal itu benar adanya. Kadang saya berpikir apakah masyarakat Indonesia masih begitu terbelakang hingga bentuk fisik saja dipersoalkan. Seolaholah orang Indonesia semua bodoh, tidak memiliki kecerdasan.
Di luar negeri, hitungan fisik tidak menjadikan seseorang bisa menjadi pemimpin atau business man yang sukses. Ketika Donald Trump bertarung dengan Hillary Clinton, apakah fisik menjadi penentu? sama sekali  tidak.
Wajah Donald Trump bukan wajah yang menyenangkan untuk dilihat. Jujur, bagi saya wajah seperti itu adalah wajah yang memuakkan. Berbeda dengan  wajah Hillary Clinton yang manis, enak dipandang mata. tapi ternyata Donald Trump yang menjadi Presiden.
Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau meskipun ganteng, terpilih bukan karena kegantengannya. Ia berhasil membawa pembaharuan dalam sistem politik dan ekonomi sehingga Kanada maju pesat di bawah kepemimpinannya. Kebijakannya yang pro muslim pun membuat dia disukai dunia Islam.
Presiden Perancis, Emmanuel Macron, tampang rata-rata, sedangkan istrinya jauh lebih tua dari dirinya. Kalau melihat fisik, mungkin kurang menunjang. Kenyataannya Macron terpilih sebagai presiden karena mengajukan program yang tidak biasa.
Begitu pula dengan Presiden Turki, Erdogan, bukan terpilih karena fisik. Apalagi rata-rata fisik orang Turki adalah gagah dan ganteng, jadi soal fisik tidak menjadi hitungan. Erdogan melesat menjadi pemimpin karena memiliki leadership yang kuat. Ia juga mampu mendobrak sekulerisme yang sudah mengakar di masyarakat.
Sedangkan  dalam urusan bisnis, kita bisa melihat contoh seperti Jack Ma, yang menirikan ALi Baba group. Apakah fisik dia menarik? tidak. Jack Ma hanya seorang pria kurus yang tampak lemah dan ringkih. Namun karena otaknya yang cemerlang, ia berhasil sukses dengan bisnisnya.
Lalu mengapa di Indonesia meributkan hal seputar fisik? ini adalah pembodohan yang dipelihara oleh kelompok tertentu. Harapan mereka adalah memengaruhi masyarakat dengan opini menyesatkan tentang fisik.
Padahal menyinggung soal fisik, sama saja dengan menghina sang Pencipta. Bukankah setiap makhluk sengaja diciptakan berbeda-beda? Ini adalah hak prerogatif Sang Pencipta. Bukan urusan manusia menyinggung bentuk fisik seseorang.
Bahkan Rasulullah, Nabi Muhammad SAW menandaskan,"Sesungguhnya Allah  tidak menilai bentuk tubuhmu atau kebagusan wajahmu, tapi keikhlasan hatimu," (HR Muslim)
Sebagai masyarakat muslim terbesar di dunia, sungguh tidak layak membicarakan masalah fisik, dalam hal apapun. Baik itu dalam pergaulan masyarakat sekitar tempat tinggal, hingga permasalahan politik.
Berhentilah membodohi diri sendiri, apalagi membodohi masyarakat mengenai persoalan fisik ini. Dalam pemilihan seorang pemimpin, yang dituntut adalah kemampuannya untuk memajukan bangsa dan negara. Beradu program, mana yang lebih baik, lebih masuk akal untuk diwujudkan.
Saya terusik dengan para politikus yang masih saja menggunakan fisik untuk menipu masyarakat pemilih. Itulah sebabnya para artis, meski bodoh, tetap saja diajukan menjadi caleg untuk mendulang perolehan suara yang tinggi. Kalau orang bodoh terpilih sebagai anggota Dewan, semakin bodohlah masyarakat.
Memang di satu sisi, masyarakat semakin cerdas, terutama di kota-kota besar. tapi jangan lupa bahwa masyarakat pinggiran, dicekoki dengan hal-hal remeh seperti urusan fisik ini. Dimana tanggung jawab kita kepada bangsa dan negara?Â
Seharusnya kita memberikan edukasi yang benar kepada masyarakat tentang politik. Bukan menjadikan fisik adalah bagian penting dari perpolitikan. Â Mencerdaskan bangsa adalah kewajiban kita semua.