Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Fisik Seorang Capres Berpengaruh terhadap Pemilihan Suara?

13 Oktober 2018   11:44 Diperbarui: 13 Oktober 2018   12:35 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donald Trump (dok.usatoday)

Menyimak perseteruan di media sosial seringkali membuat saya geleng-geleng kepala. Sekarang sudah merambah kepada ejekan terhadap fisik seseorang. Logiskah itu? Apakah memang bentuk fisik memengaruhi perolehan suara terhadap kandidat?

Sungguh naif masyarakat kita jika hal itu benar adanya. Kadang saya berpikir apakah masyarakat Indonesia masih begitu terbelakang hingga bentuk fisik saja dipersoalkan. Seolaholah orang Indonesia semua bodoh, tidak memiliki kecerdasan.

Di luar negeri, hitungan fisik tidak menjadikan seseorang bisa menjadi pemimpin atau business man yang sukses. Ketika Donald Trump bertarung dengan Hillary Clinton, apakah fisik menjadi penentu? sama sekali  tidak.

Wajah Donald Trump bukan wajah yang menyenangkan untuk dilihat. Jujur, bagi saya wajah seperti itu adalah wajah yang memuakkan. Berbeda dengan  wajah Hillary Clinton yang manis, enak dipandang mata. tapi ternyata Donald Trump yang menjadi Presiden.

Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau meskipun ganteng, terpilih bukan karena kegantengannya. Ia berhasil membawa pembaharuan dalam sistem politik dan ekonomi sehingga Kanada maju pesat di bawah kepemimpinannya. Kebijakannya yang pro muslim pun membuat dia disukai dunia Islam.

Presiden Perancis, Emmanuel Macron, tampang rata-rata, sedangkan istrinya jauh lebih tua dari dirinya. Kalau melihat fisik, mungkin kurang menunjang. Kenyataannya Macron terpilih sebagai presiden karena mengajukan program yang tidak biasa.

Begitu pula dengan Presiden Turki, Erdogan, bukan terpilih karena fisik. Apalagi rata-rata fisik orang Turki adalah gagah dan ganteng, jadi soal fisik tidak menjadi hitungan. Erdogan melesat menjadi pemimpin karena memiliki leadership yang kuat. Ia juga mampu mendobrak sekulerisme yang sudah mengakar di masyarakat.

Sedangkan  dalam urusan bisnis, kita bisa melihat contoh seperti Jack Ma, yang menirikan ALi Baba group. Apakah fisik dia menarik? tidak. Jack Ma hanya seorang pria kurus yang tampak lemah dan ringkih. Namun karena otaknya yang cemerlang, ia berhasil sukses dengan bisnisnya.

Lalu mengapa di Indonesia meributkan hal seputar fisik? ini adalah pembodohan yang dipelihara oleh kelompok tertentu. Harapan mereka adalah memengaruhi masyarakat dengan opini menyesatkan tentang fisik.

Padahal menyinggung soal fisik, sama saja dengan menghina sang Pencipta. Bukankah setiap makhluk sengaja diciptakan berbeda-beda? Ini adalah hak prerogatif Sang Pencipta. Bukan urusan manusia menyinggung bentuk fisik seseorang.

Bahkan Rasulullah, Nabi Muhammad SAW menandaskan,"Sesungguhnya Allah  tidak menilai bentuk tubuhmu atau kebagusan wajahmu, tapi keikhlasan hatimu," (HR Muslim)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun