Nah, soal tingkat perekonomian masyarakat menjadi salah satu faktor mengapa kental manis banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Tetapi apakah kita akan terus membiarkan hal itu terjadi?. Anak-anak boleh mengkonsumsi kental manis ini asal tidak berlebihan, cukup satu kali sehari.
Jika over dosis sampai tiga kali sehari, Â anak-anak atau orang yang mengkonsumsinya akan terancam obesitas mengingat banyaknya kandungan gula dalam kental manis. Jika sudah terkena obesitas, maka lebih mudah lagi dihinggapi penyakit diabetes.
Sungguh berbahaya jika anak-anak, yang kelak menjadi generasi muda terjangkit penyakit obesitas dan diabetes. Mereka yang dalam usia produktif tidak bisa menjadi produktif, bahkan menjadi beban karena rentan dengan penyakit.
Lalu apa yang harus kita lakukan? Pertama adalah sosialisasi yang benar kepada masyarakat tentang produk kental manis ini. Kita harus menjelaskan mengapa SKM bukanlah susu. Agak sulit memang karena sebagian besar masyarakat tidak suka membaca.
Salah satu jalan terbaik untuk menyoalisasikan ini adalah melalui Posyandu yang masih berjalan hingga sekarang. Pada saat itu kaum ibu membawa anak-anaknya untuk diperiksa kesehatannya. Dokter dan pemerhati kesehatan bisa menjelaskan di saat mereka berkumpul.
Kedua, kita harus mendorong pemerintah untuk mengendalikan harga susu. Bagaimana caranya supaya harga susu murah dan terjangkau oleh golongan ekonomi menengah ke bawah. Mungkin harus ada subsidi khusus untuk pemberian susu.
Salah satu sebab harga susu mahal adalah karena kita masih mengimpornya dari luar negeri. Kalau saja pemerintah bisa mengupayakan produksi susu dalam negeri, maka hal itu akan bisa menekan harga susu agar terjangkau oleh masyarakat.
Ketiga, adalah usulan kang Maman. Mungkin perlu diberi peringatan di label kental manis seperti yang ada pada label rokok bahwa produk kental manis bisa membahayakan kesehatan. Sejauh ini belum ada tindak lanjut dari pemerintah. Kita butuh gerakan nasional guna mendorong program ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H