Menteri Keuangan Turki, Berat Albayrak yang juga adalah menantu Presiden Turki  Erdogan telah berada di Palu sejak kemarin. Berat Albayrak  mengunjungi lokasi bencana gempa dan tsunami yang telah menewaskan  ribuan orang tersebut. Ia menemui para korban dan turut membagikan bantuan.
Sejak minggu pertama, badan kemanusiaan Turki, IHH dan Bulan Sabit Merah telah mengirimkan relawan dan bantuan logistik. Mereka bekerja sama dengan TNI dan Palang Merah Indonesia untuk membantu memulihkan keadaan Palu dan Donggala pasca bencana.
Karena itu kedatangan Menteri Keuangan Turki tersebut juga didampingi oleh Bulan Sabit Merah serta otoritas Urusan Gawat Darurat dan Bencana Turki (AFAD). Dalam kunjungannya ini, Berat Albayrak juga membawa bantuan logistik yang lebih besar dari pemerintah Turki.
"Kami percaya Indonesia dan rakyatnya akan segera keluar dari krisis ini, bahkan menjadi lebih kuat," kata Berat Albayrak. Ia menambahkan bahwa kedatangannya untuk menunjukkan solidaritas Turki secara material dan spiritual. Masyarakat Turki juga mendoakan Indonesia.
Bantuan logistik berupa sembako atau bahan-bahan dasar makanan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Bantuan pertama sebanyak 2000 paket telah disalurkan. Kemarin Albayrak juga membagikan sekitar 1000 paket bantuan. Ia sendiri membagikannya kepada para korban.
Kepada pers dan masyarakat, Berat Albayrak menandaskan bahwa Turki sejak dahulu mencatat sejarah sebagai negara yang selalu mengulurkan bantuan kepada setiap bangsa dan negara lain yang kesulitan. Bantuan itu tidak memandang suku, agama, ras atau bahasa.
Fakta menunjukkan bahwa Turki menjadi salah satu negara pertama yang memberikan bantuan kepada Indonesia. Tanpa banyak publikasi, AFAD, IHH Bulan Sabit Merah dan organisassi kemanusiaan lainnya begitu cepat tiba di lokasi bencana. Apalagi Indonesia dan Turki adalah negara sahabat.
Memang Berat Albayrak adalah pejabat asing pertama yang langsung meninjau lokasi bencana gempa di Palu dan Donggala. Setelah kunjungan ke wilayah bencana ini, ia akan melanjutkan mengikuti pertemuan G20 yang diselenggarakan di Indonesia.
Hanya pejabat dan relawan Turki yang paling mendapat kepercayaan dan diperkenankan langsung mendatangi wilayah gempa dan tsunami.
Sedangkan relawan dari negara lain, diperiksa dengan ketat sehingga menimbulkan kesalahpahaman. Dalam hal ini terjadi selisih pendapat antara pihak pemda setempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H