Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Turki Mendorong Reformasi PBB

2 Oktober 2018   15:36 Diperbarui: 2 Oktober 2018   15:53 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu hal yang paling ditekankan oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan ketika berpidato di depan sidang PBB beberapa hari yang lalu adalah reformasi di tubuh lembaga tertinggi internasional tersebut. Khususnya pada Dewan Keamanan PBB, yang seringkali tidak memihak pada perwujudan perdamaian dunia.

Namun sebelum bertindak lebih lanjut, Erdogan menganggap penting  melakukan pertemuan awal dengan Jerman, Cina, Perancis, Spanyol dan Rusia untuk membahas masalah ini. Di sisi lain, Erdogan berharap masyarakat internasional ikut mendorong melalui media massa dan media sosial.

Selama 73 tahun perjalanan PBB sebagai lembaga yang menaungi seluruh negara, telah banyak hal yang dilakukan. Tetapi faktanya, semakin jauh dari harapan umat manusia untuk menuju perdamaian dan kesejahteraan. Karena itulah perlunya dilakukan reformasi yang komprehensif.

Sebagaimana diketahui, lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB memiliki hak veto. Hak veto itu sering menggagalkan resolusi PBB untuk menolong suatu negara dari penindasan. Contohnya nasib Palestina, yang selalu diveto oleh Amerika Serikat. Akibatnya Palestina semakin menderita.

Pada peringatan PBB yang ke 73 itu, Erdogan mengisi jadualnya dengan serangkaian acara. Tapi dia tidak mengadakan pertemuan khusus dengan presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Erdogan lebih memilih menemui masyarakat muslim yang berada di negeri paman Sam tersebut.

Sedangkan pertemuan Erdogan dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov adalah untuk membahas masalah Suriah.  Kesepakatan mengenai Suriah sama sekali tidak melibatkan Amerika Serikat, melainkan hanya tiga negara, Turki, Rusia dan Iran.

Baik Rusia, Turki maupun Iran, memiliki 'pos' masing-masing sesuai dengan kesepakatan. Turki memantau melalui 12 titik, sedangkan Rusia 10 titik dan Iran 6 titik. Tidak dilibatkannya Amerika Serikat karena dianggap telah menyalahi beberapa kesepakatan sebelumnya mengenai Suriah.

Dalam waktu dekat, akan ada pertemuan antara empat negara untuk membicarakan masalah Suriah. Selain Turki dan Rusia, juga ada Jerman dan Perancis. Pertemuan itu akan berlangsung di Istanbul, tetapi belum ditetapkan secara pasti waktu yang tepat.

Amerika Serikat mengkhianati kesepakatan dengan Turki di Manbij. Seharusnya Amerika Serikat menarik dukungan terhadap teroris PKK dan YPG yang berbasis di sana. Apa yang dilakukan Amerika Serikat justru sebaliknya, mendanai dan menyuplai mereka untuk merongrong Turki.

Sementara itu, Turki juga marah terhadap keputusan Amerika Serikat yang menghentikan bantuan ke Palestina. Kondisi rakyat Palestina semakin sulit, karena tidak ada makanan, fasilitas sosial dihancurkan Israel dan baru-baru ini menyerang dengan senjata kimia.

Bagi Turki, penghentian bantuan Amerika Serikat ke UNRWA tidak bisa dibenarkan karena akan melumpuhkan kinerja PBB di wilayah Palestina. Dana tersebut mencapai seperempat anggaran UNRWA setiap tahun, atau sekitar 350 juta dolar AS setahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun