Salah satu hal yang paling ditekankan oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan ketika berpidato di depan sidang PBB beberapa hari yang lalu adalah reformasi di tubuh lembaga tertinggi internasional tersebut. Khususnya pada Dewan Keamanan PBB, yang seringkali tidak memihak pada perwujudan perdamaian dunia.
Namun sebelum bertindak lebih lanjut, Erdogan menganggap penting  melakukan pertemuan awal dengan Jerman, Cina, Perancis, Spanyol dan Rusia untuk membahas masalah ini. Di sisi lain, Erdogan berharap masyarakat internasional ikut mendorong melalui media massa dan media sosial.
Selama 73 tahun perjalanan PBB sebagai lembaga yang menaungi seluruh negara, telah banyak hal yang dilakukan. Tetapi faktanya, semakin jauh dari harapan umat manusia untuk menuju perdamaian dan kesejahteraan. Karena itulah perlunya dilakukan reformasi yang komprehensif.
Sebagaimana diketahui, lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB memiliki hak veto. Hak veto itu sering menggagalkan resolusi PBB untuk menolong suatu negara dari penindasan. Contohnya nasib Palestina, yang selalu diveto oleh Amerika Serikat. Akibatnya Palestina semakin menderita.
Pada peringatan PBB yang ke 73 itu, Erdogan mengisi jadualnya dengan serangkaian acara. Tapi dia tidak mengadakan pertemuan khusus dengan presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Erdogan lebih memilih menemui masyarakat muslim yang berada di negeri paman Sam tersebut.
Sedangkan pertemuan Erdogan dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov adalah untuk membahas masalah Suriah. Â Kesepakatan mengenai Suriah sama sekali tidak melibatkan Amerika Serikat, melainkan hanya tiga negara, Turki, Rusia dan Iran.
Baik Rusia, Turki maupun Iran, memiliki 'pos' masing-masing sesuai dengan kesepakatan. Turki memantau melalui 12 titik, sedangkan Rusia 10 titik dan Iran 6 titik. Tidak dilibatkannya Amerika Serikat karena dianggap telah menyalahi beberapa kesepakatan sebelumnya mengenai Suriah.
Dalam waktu dekat, akan ada pertemuan antara empat negara untuk membicarakan masalah Suriah. Selain Turki dan Rusia, juga ada Jerman dan Perancis. Pertemuan itu akan berlangsung di Istanbul, tetapi belum ditetapkan secara pasti waktu yang tepat.
Amerika Serikat mengkhianati kesepakatan dengan Turki di Manbij. Seharusnya Amerika Serikat menarik dukungan terhadap teroris PKK dan YPG yang berbasis di sana. Apa yang dilakukan Amerika Serikat justru sebaliknya, mendanai dan menyuplai mereka untuk merongrong Turki.
Sementara itu, Turki juga marah terhadap keputusan Amerika Serikat yang menghentikan bantuan ke Palestina. Kondisi rakyat Palestina semakin sulit, karena tidak ada makanan, fasilitas sosial dihancurkan Israel dan baru-baru ini menyerang dengan senjata kimia.
Bagi Turki, penghentian bantuan Amerika Serikat ke UNRWA tidak bisa dibenarkan karena akan melumpuhkan kinerja PBB di wilayah Palestina. Dana tersebut mencapai seperempat anggaran UNRWA setiap tahun, atau sekitar 350 juta dolar AS setahun.
Turki menyiapkan bantuan kepada Palestina untuk menggantikan bantuan yang dihentikan oleh Amerika Serikat. Meski mungkin tidak sebesar apa yang seharusnya diberikan Amerika Serikat. Hal itu ditegaskan oleh Erdogan kepada Mahmoud Abbas di sela-sela pertemuan PBB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H