Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Sosok Artikel Utama

4 Hal yang Harus Dilakukan AHY Jika Ingin Menjadi Pemimpin Masa Depan

17 September 2018   21:30 Diperbarui: 18 September 2018   08:31 4606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
neweconomicperspectives.com

Salah satu pemuda yang digadang-gadang sebagai pemimpin masa depan adalah AHY (Agus Harimurti Yudhoyono). Tentu saja yang menggadang terutama adalah bapaknya sendiri dan partai Demokrat yang didirikannya.

Terlepas dari upaya SBY mengkarbit putra kesayangannya ini, sebenarnya AHY memang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin masa depan. Bagaimana pun ia telah dibesarkan dalam keluarga yang berkecimpung dalam politik. Dia pun berasal dari keluarga militer yang juga selalu aktif mengatur perpolitikan di negeri ini.

Di Demokrat, AHY tidak memiliki saingan yang berarti. Dia adalah putra mahkota keluarga Cikeas. Sedangkan adiknya, Ibas hanyalah penopang dari sisi organisasi partai tersebut. Selama AHY masih ada, Ibas tidak akan mencuat ke permukaan.

Namun menjadi putra mahkota di Demokrat tidaklah cukup untuk mendongkrak AHY sebagai pemimpin masa depan yang diperhitungkan. Ia harus melakukan beberapa reformasi terhadap diri sendiri.

Inilah yang harus dilakukan AHY agar menjadi pemimpin masa depan yang 'linuwih':

Pertama, melepaskan diri dari bayang bayang orang tuanya. Semua orang tahu betapa bapak AHY yang mantan presiden ini sangat protektif terhadap putranya.

Wajarlah jika orang tua sayang anak, tetapi sebaiknya tidak berlebihan. SBY terlalu mendikte anak tersebut, mengatur kehidupannya dari A sampai Z. Terutama dalam setiap langkah dalam kaitannya dengan politik.

Padahal, AHY adalah laki-laki dewasa. Ia juga memiliki kecerdasan dan pengalaman selama menjalani hidup sebagai putra presiden. Jadi sejatinya dia mengerti kehidupan politik di Indonesia.

Pengalaman SBY sendiri, adalah salah satu referensi berharga yang menjadi pelajaran untuk AHY, tapi bukan berarti ia harus membebek apapun yang dikatakan bapak tersebut. 

Jika selamanya ia berada di bawah ketiak SBY, maka AHY akan dipandang remeh oleh lawan politik. Apalagi tidak ada yang bisa menjamin sampai kapan si bapak akan terus melindungi anaknya.

Sudah saatnya AHY melepaskan diri dari bayang-bayang orang tua. Ia harus menunjukkan kredibilitas diri sendiri, mampu berbuat untuk bangsa dan negara.

Kedua, AHY harus bisa menguasai media sosial. Jika adiknya saja mampu membangun fans club, maka AHY harus lebih dari itu.

Di zaman sekarang, media sosial memberikan pengaruh terbesar terhadap pandangan masyarakat. Dengan kecanggihan teknologi, telepon pintar menjadi sumber informasi utama.

AHY perlu membangun kepercayaan masyarakat terhadap sosok dirinya sebagai generasi muda harapan bangsa. Ia menyebarkan ide dan gagasan positif untuk kemajuan negeri. 

Di sisi lain, AHY bisa memberikan teladan dengan tidak menyiarkan keburukan dan berita hoaks. Ia layak menyebarkan program-program yang bermanfaat dari dirinya maupun partai pendukung.

neweconomicperspectives.com
neweconomicperspectives.com
Ketiga, AHY harus melakukan tindakan nyata untuk membangun negeri. Meskipun dia belum terpilih sebagai pemimpin resmi dalam jajaran pemerintahan. 

Rakyat Indonesia di masa depan akan didominasi oleh generasi muda. Mereka tidak suka pemimpin yang hanya berjanji. Mereka lebih memilih pemimpin yang menunjukkan karya nyata.

Jika dari sekarang AHY bisa menunjukkan kontribusi kepada bangsa dan negara, maka rakyat akan melirik kepadanya. Ia akan diperhitungkan sebagai pemimpin yang layak dipercaya.

Keempat, AHY harus menjalin hubungan yang baik dengan para ulama dan stakeholder. Bagaimana pun sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam. Perlakuan seorang pemimpin kepada ulama menjadi perhitungan tersendiri.

Dekat dengan ulama bukan berarti mengaku orang santri atau pun punya hubungan dengan klan Arab tertentu. Cukuplah dengan memuliakan ulama yang memang sungguh sungguh dicintai rakyat. AHY harus bisa membedakan mana ulama yang cinta dunia dan mana yang tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun