Berita viral tentang mantan Menpora, Roy Suryo yang diminta mengembalikan ribuan aset kementerian ini menggelikan sekaligus memprihatinkan. Lho kok sampai ada ribuan barang 'digondol' sama mantan menteri ini? Apa dia kurang kerjaan sewaktu menjabat menteri?
Secara logika dia tidak kekurangan uang untuk membeli barang-barang seperti yang tertera dalam daftar. Antara lain, sendok, pompa air, kabel dll. Barang yang dikategorikan sepele dan mudah dibeli.
Hal ini mengingatkan saya pada Kleptomania. Menurut Wikipedia, Kleptomania berasal dari kata kleptein yang artinya mencuri. Sedangkan Kleptomania diartikan sebagai gangguan mental yang membuat penderitanya tidak bisa menahan diri untuk mencuri.
Barang barang yang dicuri penderita Kleptomania umumnya tidak berharga. Seorang penderita Kleptomania merasa tegang subyektif sebelum mencuri dan dia merasa lega serta nikmat setelah berhasil melakukan tindakan pencurian. Sebenarnya tidak ada keuntungan secara material dalam hal ini.
Lalu apakah Roy Suryo seorang Kleptomania? Ini perlu penyelidikan dan pemeriksaan lebih lanjut. Seingat saya, seorang menteri selayaknya sehat fisik dan mental. Tak mungkin SBY mengangkat menteri yang kurang sehat (mentalnya).
Satu hal yang jelas, Roy Suryo seorang kolektor. Ia gemar mengoleksi mobil Mercy, jumlahnya hingga 50 buah. Tapi tidak jelas apakah ia menurunkan kelasnya menjadi kolektor barang barang Kemenpora.
Kalau Roy Suryo bukan Kleptomania lalu apa? Ini justru membuat saya teringat pada kelakuan emak emak di kampung. Tahu apa kebiasaan mereka?
Biasanya emak emak sangat senang memperoleh barang sekecil apapun. Kalau ada seorang emak menemukan sebuah sendok di jalan, ia akan memungutnya, memasukkan ke dalam lipatan bajunya. Ah, lumayan, pikir si emak.
Emak-emak gemar mengoleksi barang barang yang tampaknya sepele. Misalnya ada sabun berhadiah piring, maka ia akan membeli sabun merek tersebut berkali-kali agar piringnya lengkap selusin. Begitu pula dengan barang-barang hasil 'nemu', pasti berharap akan menemukan barang serupa agar menjadi lengkap.
Persoalan 'lumayan' ini yang menjadi dasar pemikiran emak-emak. Â Perlengkapan dapur dan peralatan rumah tangga bisa menjadi lengkap karena pola pikir ini. Itulah sebabnya emak-emak begitu getol mengantri untuk mendapatkan barang diskon, apalagi gratisan.Â