Politik di negeri Ottoman memang cukup keras. Â Jika tidak dikendalikan oleh pemerintahan yang kuat, Â akan mudah diguncang dari dalam dan luar negeri. Â Banyak pihak yang sengaja ingin merusak stabilitas Turki.Â
Kemenangan Erdogan bukan berarti menjamin pemerintahannya akan berjalan mulus. Â Meski kemenangan tersebut menjadikan posisi Erdogan sebagai Presiden semakin kokoh. Â Dengan sistem presidensial, Â memungkinkan Erdogan mengeluarkan dekrit presiden tanpa harus minta izin pada siapa pun.Â
Belum sampai 10 hari dari pemilihan umum, Â sudah tampak tanda tanda adanya rencana untuk merongrong pemerintahan Erdogan. Â Partai oposisi masih gencar melakukan gerakan gerakan yang dapat melemahkan jalannya pemerintahan.Â
Beberapa hal yang dapat membahayakan pemerintahan Erdogan adalah sbb :
Pertama, Â partai oposisi memperkuat barisan di parlemen. Â Mereka bergandengan tangan untuk melawan dominasi partai putih (AKP). Â Pemimpin dari masing masing partai oposisi telah melakukan lobi satu sama lain.Â
Parlemen Turki menyediakan 600 kursi yang sudah terbagi untuk partai partai yang memperoleh suara. Â Sebagai pemenang, Â AK Parti jelas memperoleh kursi terbanyak.Â
CHP, Â partai oposisi sisi dengan capresnya Muharrem Ince berhasil mendapatkan 30% suara. Maka jumlah kursi yang diraih CHP sekitar 135 kursi. Â Sedangkan MHP memperoleh 42 kursi dan HDP 46 kursi. Belum lagi ditambah dengan partai kecil lainnya.Â
Dengan menyatukan kekuatan di parlemen  partai partai tersebut bertekad untuk menjegal kebijakan kebijakan pemerintah yang sah.  Mereka tidak ingin membiarkan program program pemerintah berjalan lancar.Â
Kedua, Â aksi terorisme semakin meningkat. Â Ada dua penyebabnya, Â yaitu teroris yang semakin dendam pada kemenangan Erdogan. Â Mereka tidak rela jika di bawah pemerintahan Erdogan, Â Turki menjadi aman dan nyaman. Â Lalu keinginan suku Kurdi mendirikan negara sendiri menjadi semakin sulit.Â
Selain itu, Â teroris bekerja sama dengan partai partai oposisi untuk merongrong pemerintahan yang sah. Â Secara diam-diam partai partai tersebut memberikan perlindungan, Â pembelaan dan subsidi dana untuk kelompok teroris.Â
 Tujuan mereka menciptakan instabilitas bagi rakyat Turki.  Jika Turki dalam keadaan kacau,  maka terbuka kemungkinan untuk kembali melancarkan kudeta seperti yang terjadi di tahun 2016.  Mereka tidak akan pernah jera mencobanya.Â
Ketiga, Â negara negara Barat yang tidak bisa tenang melihat Erdogan kembali memimpin Turki. Â Di bawah kepemimpinan Erdogan, Â mereka sulit menaklukkan Turki. Â Padahal Turki sangat strategis dari segi geografis mau pun politis.Â
Pemerintahan Erdogan juga menjadi ganjaran besar untuk menguasai Timur Tengah. Â Meski Arab Saudi dan Uni Emirat Arab sudah menjadi kaki tangan mereka, Â Timur Tengah tetap sulit dikuasai karena Turki melindungi beberapa negara di kawasan itu.Â
Maka negara negara Barat, Â terutama Amerika Serikat dan sekutu harus melakukan beberapa konspirasi yang dapat merusak pemerintahan Erdogan. Â Misalnya, Â membendung pengaruh Erdogan di Eropa, Â Asia dan Afrika.Â
Di sisi lain,  kebijakan ekonomi dan politik luar negeri negara negara Barat tidak membuka peluang kerja sama bagi Turki.  Mereka berharap dengan begitu Turki akan semakin  lemah.Â
Sementara itu, Â Amerika Serikat dan sekutu tetap mendukung dan memberikan subsidi untuk partai partai oposisi. Â Mereka juga mendanai dan menyuplai senjata untuk teroris PKK.Â
 Namun tentu saja Erdogan tidak lengah terhadap ancaman bahaya bahaya tersebut.  Dia dan jajaran pendukungnya akan mencari cara untuk mengantisipasi berbagai ancaman,  baik dari dalam maupun dari luar negeri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H