Amerika Serikat adalah negara adidaya yang paling sering melakukan intervensi terhadap urusan negara lain demi kepentingannya. Â Terutama negara negara yang dianggap sebagai penghalang untuk menguasai wilayah lain. Â Permainan intelejen digunakan untuk dapat memengaruhi kondisi sosial politik negara tersebut.Â
Begitu pula yang terjadi di wilayah Timur Tengah, Â yang menjadi sasaran utama karena memiliki sumber minyak dan gas yang diinginkan Amerika Serikat. Â Wilayah ini dijadikan wilayah konflik dengan sistem adu domba. Dengan sistem ini Timur Tengah menjadi banyakan bagi Amerika Serikat dan sekutu.
 Namun ada beberapa negara yang tidak mudah takluk  atau dibodohi oleh kawanan perampok itu.  Negara negara ini memiliki kepemimpinan yang kuat untuk mempertahankan diri,  bahkan berani menantang Amerika Serikat.  Salah satunya adalah Turki.Â
Sikap Turki yang tidak mudah tunduk membuat Amerika Serikat geram. Â Negara adidaya ini semakin berusaha untuk menaklukkan Turki dengan berbagai cara. Â Sebagaimana pola yang dimainkan CIA selama ini, Â Amerika Serikat mencari oposisi yang dapat diajak kerja sama untuk menumbangkan pemerintahan yang sah.Â
Selain AK Parti yang merupakan pendukung Erdogan, boleh dikatakan  partai partai lain adalah oposisi.  Mereka memiliki kepentingan yang berbeda,  tetapi sama-sama membenci Erdogan.  Sadar bahwa kekuatan mereka tidak sebanding dengan Erdogan dan AK Parti,  maka mereka mencari bantuan kekuatan dari luar. Mereka menerima uluran tangan Amerika Serikat.Â
Pada saat hari raya Idul Fitri 2018, Â Jumat tanggal 15 Juni, Â media ternama di Amerika Serikat, Â Washington Post menurunkan berita bertajuk 'Akhirnya Mereka Bersatu Melawan Erdogan'. Â Berita ini menguraikan bahwa partai partai selain AK Parti, Â bersatu untuk melawan kekuatan Erdogan.
 Jelas dalam hal ini,  Amerika Serikat menyatakan keberhasilannya merangkul semua partai oposisi untuk bersama sama berusaha menumbangkan Erdogan. Setelah itu  Amerika Serikat membantu partai partai ini dalam melakukan kampanye sepanjang minggu terakhir.Â
Dalam reli kampanye partai partai ini, Â asa sekelompok orang yang mengibarkan bendera Amerika Serikat. Â Ini menjadi 'kode keras' Â betapa Amerika Serikat berada di belakang partai partai tersebut.Â
Namun apakah semua itu bisa berhasil memengaruhi dan mengubah pendapat  masyarakat Turki?  Ini tidak semudah yang diharapkan oleh Amerika Serikat dan partner partai oposisi.Â
Masyarakat Turki tidak seperti masyarakat Indonesia yang mudah dihasut dan dipengaruhi berita berita hoaks. Â Mereka lebih melek teknologi, Â mencermati berita dan fakta dengan seksama, Â sehingga apa yang dilakukan Amerika Serikat nyaris tidak mampu menggoyahkan kepercayaan mereka terhadap Erdogan.Â
Generasi muda muslim masih mengingat bagaimana mereka dizalimi oleh pemerintahan sekuler. Â Mereka tidak ingin kembali mengulang kenangan pahit di masa lalu. Â Masyarakat yang menjadi korban aksi terorisme juga tidak ingin keamanan mereka terancam oleh partai oposisi yang beraviliasi dengan kelompok teroris.Â
Menyimak pendapat masyarakat Turki, Â sebagian besar tetap menginginkan kepemimpinan Erdogan. Â Bagi mereka, Â Erdogan lebih menjamin masa depan yang lebih baik dibandingkan dengan partai oposisi. Â Antusias mereka menghadapi Pilpres sangat tinggi.Â
Pada hari ini, Â Minggu 24 Juni 2018, Â Pemilihan umum dilaksanakan di semua wilayah. Â Masyarakat Turki akan menentukan nasibnya sendiri. Â Mereka sadar, Â banyak pihak yang mengancam kedamaian negeri itu.Â
Semoga pemilihan umum berjalan lancar, Â tanpa ada sesuatu yang mengacaukan. Â Semoga masyarakat Turki dapat mematahkan intervensi Amerika Serikat yang dengan segala keserakahannya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H