Agar Salam Tempel Dapat MendidikÂ
Saya sendiri bukan orang yang obral memberikan uang, meski kepada keponakan keponakan. Saya selalu berpegang pada prinsip, Â pemberian berdasarkan prestasi. Hal ini juga saya terapkan waktu lebaran.Â
Saya tidak memberi jumlah uang yang sama kepada anak anak. Saya menciptakan rate yang diberlakukan kepada mereka sesuai dengan apa yang mereka lakukan selama Ramadan.Â
Jumlah tertinggi saya berikan kepada anak anak yang ibadahnya lengkap. Mereka tidak hanya shalat dan puasa, tapi juga mampu khatam Alquran. Apalagi jika tidak melakukan kenakalan dan rajin membantu orang tua. Saya tidak segan segan mengapresiasi mereka dengan bonus yang tinggi.Â
Peringkat kedua, untuk yang ibadah lengkap tetapi tidak mampu menyelesaikan bacaan Alquran. Walau hanya kurang dari satu juz, Â tetap tidak bisa disamakan dengan yang khatam Alquran. Selisih pemberian tidak terlalu besar sih, agar mereka juga tidak patah semangat mengaji.Â
Peringkat ketiga adalah yang ibadah lengkap tapi membaca Alquran hanya kadang kadang saja. Ia tertinggal jauh dengan saudara saudaranya. Terpaksa uang yang diterima lebih sedikit.Â
Namun anak anak itu mengerti dan menerima pemberian itu. Sebab sejak awal Ramadhan saya telah memberitahu mereka ketentuan untuk mendapatkan bonus hari raya Idul fitri. Jika ada yang tidak berhasil, itu karena kesalahan mereka sendiri.Â
Begitu pula jika ingin membagikan uang kepada anak anak tetangga. Walau jumlahnya tidak besar, saya tanya dulu  siapa saja yang puasanya lengkap. Kalau yang masih terlalu kecil dan belum puasa penuh,  diberi juga sekedarnya supaya tidak sedih.Â
Jadi, lebih baik jangan asal memberi salam tempel kepada anak anak. Harus ada unsur mendidik yang kita terapkan. Kalau demikian, maka jauh lebih bermanfaat bagi semua.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H