Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sahur On The Road dan Konsekuensinya

4 Juni 2018   10:47 Diperbarui: 4 Juni 2018   10:49 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Munculnya program sahur on the road adalah karena adanya semangat berbagi. Orang orang yang memiliki kelebihan rejeki,  membagi makanan untuk sahur di jalan jalan,  dimana banyak tunawisma berkeliaran.  Jadi lebih dari bersedekah kepada pengemis. 

Selama beberapa tahun program ini menjadi primadona di televisi nasional setiap bulan Ramadhan. Kemudian program ini banyak diikuti berbagai organisasi. Bahkan juga ada yang perorangan. 

Sekilas program ini tampak bagus. Berbagi rejeki adalah anjuran dalam agama. Kita wajib menolong orang miskin. Ada ganjaran pahala untuk orang yang memberi makan orang lain. 

Dalam kitab suci Alquran dan hadits Rasulullah ditegaskan bahwa dalam setiap rejeki yang kita dapatkan terdapat hak kaum dhuafa. Maka sahur on the road tidak menyalahi aturan agama. Hanya menjalankan apa yang diperintahkan Allah dan RasulNya. 

Namun mari kita telaah, apakah sahur on the road memiliki banyak manfaat bagi orang lain. Atau justru mengandung mudharat yang seharusnya kita hindari. Baik bagi kita maupun bagi kaum dhuafa. 

Pertama, sahur on the road hanya berbagi makanan dan kemudian di tinggal pergi. Setelah makanan habis, tidak ada yang meninggalkan bekas, apakah itu berupa peningkatan iman,  ilmu agama atau pengentasan kemiskinan. 

Kalau hal itu terjadi setiap tahun nyaris tidak ada dampak positif yang bisa dilihat. Hanya begitu begitu saja, tidak ada peningkatan. Kaum dhuafa masih berkeliaran di jalan,  mengharap pemberian orang lain. 

Itu berarti kita menciptakan masyarakat pengemis. Mereka menanti kedatangan orang lain yang bisa memberi sesuatu.  Begitu terus menerus setiap hari. 

Padahal apa yang diajarkan Rasulullah adalah memberi kail,  bukan ikan. Sebagaimana kisah Rasulullah yang memberi kapak kepada seorang lelaki agar menjadi tukang kayu untuk menghidupi keluarganya. 

Kedua, bagi orang orang yang melakukan sahur on the road kemungkinan akan lebih banyak menghabiskan waktu di jalan. Malah ada juga yang mampir ke kafe atau restoran. Padahal malam malam Ramadhan lebih tepat untuk menyelami firman firman Allah. 

Dilihat dari sisi ini  jelas tak banyak manfaat sahur on the road bagi mereka. Bisa menjadi mudharat jika sisa waktu sahur digunakan untuk nongkrong dan ngobrol bersama teman teman. Pahala memang didapat dari berbagi,  tapi bisa juga terjerumus ke dalam dosa jika salah penempatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun