Biasanya, Â sepuluh hari menjelang bulan ramadhan tiba, Â orang orang mulai berdatangan ke makam. Â Mereka menengok makam orangtua dan kerabat keluarga lainnya yang telah meninggal. Pada saat itu para penjual bunga pun mendapat rezeki berlimpah.Â
Tradisi ziarah kubur, Â atau nyadran dalam bahasa Jawa, Â menjadi kebiasaan yang dilakukan hampir seluruh masyarakat Indonesia. Â Terutama yang beragama Islam, Â sebelum memasuki bulan suci. Â Biasanya mereka datang ramai ramai sekeluarga, Â tapi ada juga yang sendirian.Â
Sejatinya,  ziarah kubur sebelum Ramadhan bukan hanya untuk mengenang orang orang yang telah mendahului kita.  Tetapi untuk lebih ditekankan agar kita mengingat kematian.  Mati adalah  sesuatu yang pasti,  karena itu kita harus mempersiapkan diri..
Ziarah kubur sebelum Ramadhan, Â lebih kepada persiapan mental untuk memasuki bulan suci. Â Beberapa hal sering tidak terpikirkan oleh kita. Â Adakah kita bisa memenuhi harapan hidup dalam Ramadhan.Â
Pertama, Â apakah kita yakin bahwa kita masih hidup selama bulan Ramadhan. Â Kita tak tahu pasti sampai dimana usianya. Â Rasulullah mengatakan bahwa malaikat Izrail sering menengok kita.Â
Jadi tidak ada seorang pun yang bisa menjamin apakah selama bulan Ramadhan malaikat pencabut nyawa tidak datang kepada kita. Â Siapa tahu, Â ternyata usia kita dicukupkan di tengah bulan puasa. Â Dan kita harus menghadap Allah sebelum hari raya.Â
Maka ziarah kubur menjadi peringatan bagi kita agar mempersiapkan diri lebih baik lagi di bulan Ramadhan. Â Barangkali ini adalah Ramadhan terakhir yang kita jalani. Â Karena itu berbuat yang terbaik selagi masih bisa melakukan sesuatu.Â
Tentu saja kita harus berupaya agar Ramadhan ini lebih baik dari tahun lalu. Â Bukan hanya ibadah berpuasa dan shalat Tarawih, Â tapi juga amalan amalan lainnya.Â
Puasa tidak hanya niat dan tidak makan/minum. Â Tetapi lebih kepada pengendalian hawa nafsu. Â Bagaimana kita harus lebih sabar dalam menghadapi situasi yang tidak mengenakkan. Â Begitu pula menahan diri dari sesuatu yang haram dilihat.Â
Kedua, Â apakah kita yakin akan memenangkan Ramadhan tahun ini? Â Kemenangan bukan berarti berhasil puasa satu bulan penuh. Â Namun bagaimana kita bisa meningkatkan nilai ibadah lebih baik dari sebelumnya.Â
Bagaimana kita bisa disebut sebagai pemenang jika dalam bulan puasa kita tetap mengejar materi dan kesenangan duniawi. Â Misalnya memburu buka puasa bersama yang paling enak, Â tapi melalaikan shalat. Â Tidak Tarawih tapi begadang sampai larut bersama teman teman.Â
Untuk itu kita harus mengurangi kegiatan yang lebih bersifat keduniawian. Â Misalnya, Â kongkow di kafe, Â bersenang senang, Â shopping dsb. Â Utamakan ibadah dan amal yang bisa menjadi bekal ke kubur.Â
Tidak sulit kok untuk fokus pada ibadah dan melakukan amal kebajikan. Â Kita dahulukan yang prioritas seperti Tarawih dan Tadarus Alquran. Kemudian berusaha menolong orang lain yang sedang kesusahan.Â
Berbuat kebaikan bisa berupa apa saja  dan tanpa biaya.  Menyingkirkan sebuah paku dari jalan saja sudah mendapat pahala.  Lalu jika tidak mempunyai harta untuk diamalkan,  kita bisa berbagi tenaga dan ilmu kepada orang lain.Â
Namun jangan lupa untuk menahan lidah dan tangan agar tidak mengeluarkan kata-kata yang sia sia. Â Apalagi jika sampai menyakiti hati orang lain. Â Gunakan lidah dan tangan untuk menganjurkan dan menyampaikan kebaikan.Â
Nah, Â dengan demikian barulah kita dapat menjalani bulan Ramadhan secara maksimal. Â Mempersiapkan diri jika mendapat panggilan sewaktu waktu. Â Malaikat Izrail tidak menakutkan jika kita mempunyai bekal yang cukup untuk menghadapNya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H