Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kepanikan Negara-negara Barat (2), Rusia dan Turki Mengguncang Kemapanan Amerika Serikat

7 April 2018   21:00 Diperbarui: 7 April 2018   23:57 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki (dok.AK Parti)

Kebangkitan Rusia saja sudah membuat negara-negara Barat kalang kabut. Namun mereka tidah hanya menghadapi raksasa beruang merah, karena di kawasan teluk persia, muncul kekuatan baru yaitu Turki. Negara ini tidak bisa dipandang enteng karena telah menjadi negara paling maju di kawasan itu. Turki menambah kepanikan Amerika Serikat dan sekutunya.

Sebenarnya Turki telah terindikasi sebagai sebagai kekuatan baru semenjak Erdogan naik menjadi Perdana Menteri. Di bawah kepemimpinannya perekonomian Turki maju pesat dan berhasil melepaskan diri dari jerat IMF. Di saat Turki naik daun, malah Eropa Barat atau Uni Eropa mengalami kebangkrutan. Menguatnya Turki membuat mereka was-was sehingga keinginan Turki masuk Uni Eropa tidak dikabulkan.

Tidak ada kerugian bagi Turki karena gagal bergabung dengan Uni Eropa. Sebagai bangsa yang memiliki harga diri tinggi, Erdogan juga tidak mau mengemis hanya untuk Uni Eropa. Toh, Turki tidak tergantung pada negara-negara tersebut. Justru Eropa Barat sedang kelimpungan berusaha keluar dari kebangkrutan.

Perekonomian Turki terus menanjak. Turki mengadakan kerjasama bilateral tidak hanya dengan negara-negara kawasan teluk atau negara yang mayoritas penduduknya muslim.  Turki menjalin hubungan perniagaan dengan beberapa negara Eropa Timur dan sebagian Eropa Barat. Umumnya memang negara-negara tersebut adalah negara-negara kecil yang wilayahnya tak begitu jauh dari Turki.

Turki mengekspor produk-produknya ke negara-negara tersebut, yang kebetulan sangat dibutuhkan oleh mereka. Dari berbagai jenis bahan pangan hingga persenjataan. Turki telah berhasil mengembangkan kemajuan teknologi di bidang industri senjata sehingga mampu memproduksi senjata  canggih dengan harga yang lebih terjangkau bila dibandingkan dengan 'jualannya' Amerika Serikat.

Bonus plus dari Turki kepada negara-negara yang menjalin hubungan perniagaan dengannya adalah keamanan. Turki menciptakan jalur distribusi yang akan dikawal sepenuhnya dengan armada angkatan bersenjata, sehingga ketika melalui terusan suez atau jalur lainnya, arus komoditi dari dan ke Turki aman dari gangguan perompak.

Di sisi lain, Turki juga menjaga hubungannya dengan Rusia. Kedua negara ini berbagi dalam masalah keamanan di kawasan teluk. Rusia tidak mencampuri urusan Turki, dan Turki juga tidak mengusik kepentingan Rusia. Kerja sama ini menjengkelkan Amerika Serikat dan sekutunya, karena mereka jadi bertambah sulit menguasai Timur Tengah.

Peran Turki menjadi lebih mengesalkan karena tidak mau tunduk dalam menangani terorisme di Afrin, Suriah.  Justru karena bersitegang masalah tersebut, Duta Besar Amerika Serikat angkat kaki dari bumi Ottoman. Pengaruh Turki cukup membahayakan posisi Amerika Serikat dan sekutunya, karena Qatar dan Iran juga mendapat dukungan dari Turki.

Negara-negara Barat berusaha menekan Arab Saudi dengan memanfaatkan ambisi Putra Mahkota Muhammed bin Salman. Zona bebas ekonomi yang akan dibangun Arab Saudi, juga merupakan pangkalan negara-negara Barat di wilayah Timur Tengah. Di kawasan itu mereka berencana untuk menguras 'rejeki' agar bisa bangkit dari keterpurukan ekonomi.

Negara-negara Barat sangat kuatir, jika Rusia bergandeng tangan dengan Turki untuk melawan mereka. Kedua negara ini bisa menghancurkan dominasi mereka di Timur Tengah, atau bahkan di dunia internasional. Mengingat bahwa Turki pernah menjadi suatu negeri yang berjaya di masa lampau, maka hal itu sangat mungkin terjadi.

Oleh sebab itu, mereka tidak bisa tinggal diam. Inggris dan Perancis membantu Amerika Serikat, berusaha mengerecoki otoritas Turki dengan mengembangkan isu mengenai kebijakan Turki di Afrin. Sejauh ini, usaha itu belum menampakkan hasil. Pemerintah Turki menegaskan bahwa masalah teroris di perbatasan adalah hak Turki sepenuhnya.

Sikap Turki yang terus membangkang membuat negara-negara Barat sport jantung. Jika mereka menekan Turki, ada kekuatiran Rusia akan ikut bereaksi. Tak heran jika mereka bertambah panik. Palestina pun menjadi sasaran pelampiasan mereka, di samping juga mendukung Israel untuk menjadi basis kekuatan Amerika Serikat di sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun