Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berburu Sunset di Titik Nol Anyer-Panarukan

21 Maret 2018   12:42 Diperbarui: 21 Maret 2018   13:04 997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari atas pemandangan ke laut lebih jauh dan luas. Kita bisa melihat ombak yang bergelung ke pantai. Di sisi yang lain, melalui anak tangga     yang berbeda, kita turun dan tiba di pantai yang landai, tempat anak-anak bermain pasir dan bola sepak.

Sunset di Titik Nol Anyer Panarukan

Sesudah puas bermain di Karang Bolong, kami berbalik arah menuju titik nol Anyer Panarukan. Di sanalah kami berburu sunset. Masuk ke kawasan itu gratis, tidak dipungut biaya. Ada anjungan yang menjorok ke laut, yang menjadi pelabuhan perahu-perahu dan bisa dijadikan tempat untuk mengabadikan sunset.

Dinamakan titik nol Anyer Panarukan, karena di tempat itulah mulai pembangunan jalan dari Anyer ke Panarukan. Pengerjaan jalan tersebut berdasarkan perintah Gubernur Belanda pada waktu itu. Sebagai peringatan, dibuatlah tugu titik nol Anyer Panarukan, yang berupa bola dunia di atas panggung mini.

Namun di situ ada jejak sejarah yang lain, yaitu Mercu Suar yang dibangun sejak zaman Belanda. Dahulu, pantai tersebut juga merupakan tempat berlabuhnya kapal-kapal dan perahu nelayan. Mercu Suar itu masih tegak berdiri dengan kokoh. Beberapa tahun terakhir ini, pengunjung tidak boleh naik sampai ke puncak, karena sudah rentan. Kita hanya bisa sampai ke lantai tiga.

latar belakang adalah mercu suar dari zaman Belanda (dok.Tiwi)
latar belakang adalah mercu suar dari zaman Belanda (dok.Tiwi)
Ketika jam bergulir menuju senja, semakin banyak orang yang mengalir ke tempat itu. Kebanyakan anak-anak muda yang memang senang bermain sambil melihat sunset. Sebagian lagi adalah para wisatawan lokal yang sengaja ingin mengabadikan sunset, termasuk saya dan teman-teman. Sambil menunggu sunset, ada yg masuk mercu suar dan ada yg jalan-jalan saja di taman.

Sunset di titik nol Anyer Panarukan ini, tidak persis jatuh di tengah laut. Posisi matahari berada di sebelah kiri pantai. tetapi bukan berarti tidak indah untuk dipandang. Tetap saja sunsetitu memberikan nuansa yang kita inginkan. Cahaya temaram dengan garis-garis jingga dan oranye. Sebagian awan berusaha menutupi, sisa-sisa mendung yang masih bergelayut.

Matahari semakin redup, turun ke batas langit.  Awan telah terbias cahaya jingga. Gelap mulai menyelimuti pantai.  Terjadi gradasi warna di langit. Warna putih masih mendominasi langit tertinggi, di bawahnya adalah kuning dan oranye, sedangkan sekitarnya adalah bias warna yang menjadi campuran jingga.

orang2 di sekitar tugu titik nol Anyer Panarukan (dok.Tiwi)
orang2 di sekitar tugu titik nol Anyer Panarukan (dok.Tiwi)
Warna-warna tersebut menjadi mencolok karena adanya awan-awan kelabu sisa dari mendung sore tadi. Orang-orang yang berkumpul di sekitar tugu titik nol Anyer-Panarukan berubah menjadi bayangan-bayangan siluet yang menarik.  Kita pun bebas memotret nuansa alam yang harmoni.

sunset di tugu titik nol Anyer Panarukan (dok.Tiwi)
sunset di tugu titik nol Anyer Panarukan (dok.Tiwi)
Tanpa dikomando, suasana menjadi hening. Semua tenggelam dalam imajinasi masing-masing. Entah apa yang tersirat dalam cahaya sunset, merasuk ke dalam jiwa. Hanya satu yang tak terbantahkan, keindahan alam tanda kebesaran Yang Maha Pencipta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun