Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Peringatan 103 Tahun Kemenangan Canakkale, Bukti Kekuatan Turki Melawan Tentara Sekutu

20 Maret 2018   20:35 Diperbarui: 20 Maret 2018   20:42 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tentara Turki yg dipasung tentara sekutu (dok.AK Parti)

Hari Minggu yang lalu, tanggal 18 Maret, Presiden Erdogan menghadiri peringatan kemenangan Turki melawan tentara sekutu di Canakkale yang ke 103. Dalam acara itu, Erdogan melakukan ziarah ke makam para pahlawan yang gugur dalam membela kedaulatan Turki. Erdogan memimpin acara tabur bunga dan doa untuk mereka.

Peristiwa Canakkale dimulai dengan serbuan tentara sekutu yang dipimpin oleh Inggris dan Perancis pada Februari 1915. Konspirasi Inggris dan Perancis ini bertujuan untuk meruntuhkan imperium utsmani yang saat itu menjadi negeri Islam yang paling kuat di dunia. Tentara sekutu menyerang melalui Galipolli agar bisa menguasai ibukota Istanbul.

Peperangan antara tentara sekutu dan tentara Turki dimulai pada 18 Maret di laut Canakkale. Namun wilayah laut Canakkale  telah dipasang ranjau oleh kapal-kapal perang pasukan Utsmani.  Tentara sekutu pun tak berhasil menembus pertahanan di Canakkale, mereka berhasil dipukul mundur. Meski begitu, jatuh korban di pihak Turki maupun sekutu.

Mendaratnya pasukan sekutu di pantai Galipolli adalah bagian dari strategi Inggris dan Perancis. Pengerahan pasukan ke wilayah itu merupakan awal dari rencana operasi mereka agar bisa membuka selat Darnadella di pantai Aegea sehingga akan lebih banyak lagi pasukan yang bisa masuk menyerbu dan menguasai Istanbul.

Namun tentara  Utsmani bukanlah pasukan yang lemah. Mereka telah siap siaga menjaga Istanbul dengan kekuatan penuh. Dengan dukungan rakyat Turki, mereka melakukan perlawanan yang gigih hingga tentara sekutu tidak berhasil mewujudkan rencananya. Upaya tentara sekutu menduduki ibukota Istanbul gagal total.

Perang itu adalah perang yang sangat  besar, karena tentara sekutu tidak hanya mendatangkan armada dari Inggris dan Perancis. Tetapi juga dari Australia dan Selandia Baru, yang dinamakan sekutu  Anzac. Jumlah sekutu Anzac terdiri dari  sekitar 8000 tentara Australia dan 3000 pasukan Selandia Baru.

Turki bisa menghalau mereka dengan kekuatan tentara Utsmani dan bantuan rakyat. Namun perang itu harus dibayar dengan pengorbanan dari para pahlawan yang gugur di Canakkale. Puluhan ribu tentara tewas dalam peristiwa tersebut, di samping juga puluhan ribu pasukan sekutu yang juga tewas. Kemenangan Turki atas tentara sekutu memperkuat mental pasukan agar terus bertahan terhadap gempuran sekutu.

tentara Turki yg dipasung tentara sekutu (dok.AK Parti)
tentara Turki yg dipasung tentara sekutu (dok.AK Parti)
Peringatan 103 tahun perang Canakkale merupakan amunisi mental bagi Turki pada saat sekarang. Sejarah telah membuktikan bahwa Turki adalah negara yang kuat dan tidak mudah ditaklukkan oleh bangsa lain. Bahkan tidak bisa ditundukkan oleh konspirasi beberapa negara. Turki memiliki keyakinan dan kepercayaan diri bahwa mereka ditakdirkan menjadi bangsa yang kuat.

Apalagi pada masa kini Turki menghadapi tekanan dari negara-negara Barat. Amerika dan sekutunya yang berusaha memecah belah Turki dengan berbagai cara. Antara lain, mendukung oposisi dan pemberontak serta menyebarkan berita hoax mengenai pemerintahan Turki yang sah. 

Di bawah kepemimpinan Erdogan, Turki kembali menjadi bangsa yang kuat dan tak mudah untuk ditaklukkan. Selama rakyat mencintai dan mendukung Erdogan, maka upaya Amerika Serikat dan sekutunya tidak akan berhasil menembus pertahanan Turki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun