Ternyata tentara YPG tidak hanya berasal dari suku Kurdi yang berada di sekitar perbatasan. Setidaknya ada 30 orang asing yang tertangkap pasukan Turki dalam operasi Olive Branch di Afrin. Mereka berasal dari berbagai negara, dari Barat sampai Timur. Ada yang berasal dari Inggris, Spanyol, Perancis, Amerika Serikat, Jerman, Serbia, Belanda, hingga Cina dan Jepang.
Bagaimana orang-orang itu bergabung dengan tentara YPG adalah sebuah teka-teki. Kalau mereka berasal dari seputar negara teluk Persia, bisa dimengerti, tetapi adanya orang-orang dari Timur adalah suatu hal yang mengherankan. Padahal, secara hubungan bilateral, negara asal mereka kebanyakan tidak memiliki masalah dengan Turki.
Lantas, indikasi apa yang membuat orang-orang ini membantu teroris YPG dalam memerangi tentara Turki di Afrin dan sekitarnya. Â Ada beberapa kemungkinan:
Pertama, mereka adalah tentara yang berasal dari negara-negara sekutu Amerika Serikat. Inggris, sudah jelas merupakan sekutu utama. Begitu pula Perancis, yang ternyata menyuplai pasukan YPG. Lalu beberapa negara-negara Eropa Barat yang memang telah lama menjadi sekutu negeri paman Sam dalam berbagai kepentingan di Timur Tengah.
Kalau memang demikian, berarti Amerika Serikat secara diam-diam meminta bantuan kepada sekutu-sekutunya untuk membantu memerangi pasukan Turki yang telah mengacaukan rencana mereka di Suriah dan wilayah Teluk. Karena ini bukan pertempuran besar-besaran, maka negara-negara tersebut juga hanya mengirimkan personel dalam jumlah terbatas.
Kedua, mereka direkrut oleh YPG Â secara profesional dengan menjanjikan bayaran yang tinggi. Mereka bisa meniru ISIS yang mengundang orang-orang di seluruh dunia untuk bergabung dengan iming-iming yang menggiurkan. Misalnya, tidak hanya mendapat upah tinggi, tetapi juga wanita dan kesenangan lainnya.
Hal ini  karena orang Cina dan orang Jepang kecil sekali kemungkinannya mau bergabung untuk berperang, berkorban demi negara lain. Sedangkan Cina dan Jepang, merupakan raksasa ekonomi yang menjadi pesaing berat Amerika Serikat. Namun peluang tersebut dimanfaatkan oleh orang-orang nekad dan menginginkan sesuatu yang lain dalam hidupnya.
Ketiga, Amerika Serikat sengaja merekrut dan melatih tentara bayaran dari berbagai negara untuk membantu YPG. Kekuatan tentara Turki telah menekan YPG, padahal mereka diperlukan untuk memecah belah dan menimbulkan instabilitas di kawasan teluk. Sebagaimana ISIS, pelatihan tentara bayaran sangat dirahasiakan.
Orang-orang yang menjadi tentara bayaran, hanya mewakili dirinya sendiri. Pemerintah dari negara asal masing-masing tak tahu menahu soal adanya warga yang bergabung dalam tentara YPG. Kita melihat hal itu karena tidak adanya reaksi dari negara-negara tersebut walau Turki telah mengumumkan nama-nama mereka yang tewas dan tertangkap.
Menyikapi kenyataan tersebut, maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah Turki. Antara lain, melakukan pendekatan kepada pemerintah negara asal orang-orang tersebut, agar mencegah warganya yang ingin bergabung dengan teroris.  jelas ini merupakan kerja yang panjang  dan melelahkan.
Kemudian Turki harus mewaspadai orang-orang asing yang masuk ke Suriah, bekerja sama dengan negara tetangga, misalnya Iran. Operasi intelejen harus lebih dikuatkan. Mengalirnya orang-orang asing ini tampaknya disengaja untuk semakin memborbardir negara-negara teluk yang sulit ditaklukan seperti Iran dan Turki.