Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kegagalan KTT OKI di Istanbul

15 Desember 2017   17:48 Diperbarui: 15 Desember 2017   20:22 6964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sambutan Erdogan dalam KTT OKI (dok.AK Parti)

Pertemuan antara kepala-kepala negara mayoritas muslim di Istanbul, Turki, bisa dikatakan gagal. KTT yang diharapkan akan mampu menyelamatkan Yerusalem Timur dari cengkeraman Israel ini membuahkan hasil yang mengecewakan. OKI seperti macan ompong yang sedang dalam sasaran tembak para pemburu.

Mengapa bisa dikatakan gagal? Pertama, pertemuan tersebut tidak berhasil menyatukan negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.   Dari 57  kepala negara yang diundang, hanya 16 yang bersedia hadir, berarti tidak sampai separuhnya. Negara-negara lain hanya mengirimkan perwakilannya setingkat menteri.

Beberapa kepala negara yang tampak hadir selain Erdogan adalah Presiden Indonesia, Jokowi, Presiden Sudan, Omar Al Bashier, Presiden Iran, Hasan Ruhani, Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani dll.   Sedangkan Presiden Mesir, Al Sisi absen dari pertemuan tersebut. Padahal Mesir tidak begitu jauh dari Turki. Mesir adalah salah satu negara yang sering meminta bantuan AS.

Kedua, keputusan yang dihasilkan sidang OKI, sama sekali tidak 'menggigit'. meski pun intinya tetap mempertahankan Al Quds sebagai ibukota Palestina. Namun tidak ada keputusan spektakuler, yang bisa menggertak Amerika Serikat dan sekutunya. Keputusan sidang OKI hanya dianggap angin lalu oleh mereka.

Padahal ada potensi untuk mengeluarkan keputusan yang lebih menohok, yang bisa mengancam Amerika Serikat. Misalnya adalah memboikot barang-barang produksi negara adidaya tersebut.  Atau memboikot penggunaan Dollar dalam transaksi bilateral/regional seperti yang dilakukan Indonesia baru-baru ini. Bagaimanapun, jika 57 negara OKI bersatu, maka tentu akan mengguncang perekonomian AS.  Negara-negara ketiga adalah sasaran impor dan pemasukan devisa yang sangat berarti bagi AS.

Ketidakhadiran kepala-kepala negara lainnya mengindikasikan adanya ketakutan terhadap efek dari perlawanan OKI. Salah satunya adalah kekuatiran mereka akan dikucilkan dan diembargo seperti yang dialami oleh Qatar. Harusi diakui,  sebagian besar negara-negara muslim tidak memiliki kekuatan ekonomi seperti Qatar. Bahkan masih digolongkan dalam negara ketiga atau negara berkembang.

Fakta yang membuat kita miris, negara-negara muslim masih memiliki ketergantungan yang tinggi dalam bidang perekonomian dengan AS dan sekutunya. Mereka masih membutuhkan bantuan bank dunia, yang dikuasai negara-negara adidaya tersebut. Selain itu, hubungan perniagaan, ekspor impor juga banyak bergantung pada negara-negara Barat.

Bahkan di Indonesia sendiri, kekuatiran semacam itu juga dilontarkan oleh para analis ekonomi. dimana transaksi perdagangan antara Indonesia dan AS sedang mengalami surplus. Jika kita mencoba sekeras Turki, maka akibatnya akan berbeda. Bisa saja AS menghentikan ekspornya dari Indonesia. Sedangkan kita tidak siap untuk itu. Bagi negara seperti Indonesia, meningkatkan perekonomian sangat sulit, sedangkan menurunkannya sangat mudah.

Maka kita bisa memprediksikan bahwa keputusan hasil sidang OKI tidak akan membuat AS dan Isarel mundur dari penguasaan terhadap Yerusalem Timur. AL Quds tetap akan diklaim sebagai ibukota Israel yang baru. Apalagi sampai saat ini, tidak ada tindakan yang dilakukan oleh PBB. Pembiaran ini tentu akibat tekanan dari negara-negara super power.

Amerika Serikat dan Israel merasa sudah di atas angin. Langkah selanjutnya adalah melobi negara-negara Barat lainnya, seperti Eropa Barat, untuk mendukung keputusan AS yang mengakui AL Quds sebagai ibukota Israel. Besar kemungkinan, lobi ini akan berhasil mengingat bahwa mereka memiliki kepentingan yang sama, yaitu menguasai sumber-sumber minyak di Timur Tengah.

Cepat atau lambat, negara-negara yang tergabung dalam OKI harus menerima kenyataan bahwa AL Quds tidak bisa diselamatkan. Meski Turki siap berperang, tetapi tidak mungkin bisa melawan dominasi dan pengaruh AS terhadap seluruh dunia. Palestina sudah di ambang pemusnahan sebagai bangsa dan negara.

sidang OKI (dok.MiddleEast)
sidang OKI (dok.MiddleEast)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun