Bu ibu, ternyata kita bisa mengendalikan keamanan rumah dari bahaya kebakaran lho. Kenapa begitu? soalnya kebanyakan perempuan yang menjadi ibu rumah tangga, lebih banyak berada di rumah. Nah, karena ketiadaan laki-laki di rumah (pergi bekerja) maka mau tak mau kita menjadi harus serba bisa. Salah satunya menjadi 'tukang listrik' di rumah.
Bu ibu tentu ingat, bahwa peralatan rumah tangga sebagian besar merupakan alat-alat yang berhubungan dengan listrik. Misalnya saja alat seterika, kipas angin, dispenser, kompor listrik, jet pump, blender, mixer hingga air mandi. Hampir semua alat yang kita pegang sehari-hari selalu membutuhkan listrik. Karena itu, pengetahuan tentang listrik rumah sudah menjadi suatu keharusan.
Kalau kita tidak berhati-hati dengan peralatan rumah tangga yang berhubungan dengan listrik, maka ada ancaman atau potensi kebakaran. Kita pasti tidak mau jika rumah yang menjadi tempat bernaung seluruh keluarga, musnah karena dilalap api. Mungkin ada yang menganggap remeh hal ini. "Ah, masa iya rumah saya bisa kebakaran". Nah, perlu diketahui, 73% penyebab kebakaran rumah adalah disebabkan oleh listrik.
Saya sendiri buta terhadap perlistrikan. Persoalan pasang lampu dan saklar saya serahkan pada abang saya. Jika ada lampu yang putus atau meledak karena korsleting, maka saya tidak bisa memperbaikinya. Sedapat mungkin saya hanya bisa meminimalisir potensi kebakaran dengan memastikan peralatan listrik rumah dalam keadaan baik.
Beruntung dalam Kompasiana Nangkring bersama Schneider Electric yang berlangsung beberapa hari lalu di sebuah kafe kawasan Blok S, saya mendapat pengetahuan tentang listrik rumah dari ahlinya. Hadir dalam acara itu adalah Rino Nainggolan dari Schneider Electric, perusahaan pembuat alat-alat listrik yang terkenal dari negeri Perancis.Â
Saya dan teman-teman kompasianer lain menyimak penjelasan mas Rino dengan penuh perhatian. Maklum, memang kami tak tahu banyak tentang listrik, kecuali bagi mereka yang memang sekolah di STM atau kuliah jurusan teknik elektro. Apalagi di hadapan kami terletak sebuah kompartemen listrik yang semula tidak tahu namanya.
Padahal, negara Asean lainnya seperti Vietnam, kasus kebakaran yang disebabkan listrik rumah, tidak setinggi itu. Di Vietnam, 'hanya' 50% kasus kebakaran karena arus pendek listrik. Sedangkan di negara Jepang yang sudah jauh lebih maju, listrik sebagai penyebab kebakaran sekitar 20%. Tingginya prosentase di Indonesia karena ketidaktahuan kita mengenai listrik rumah yang aman.
Data dari Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI, sejak Januari s/d Agustus 2017 terjadi 588 kasus kebakaran rumah yang disebabkan hubungan arus pendek listrik. Pemicunya adalah pemasangan instalasi listrik rumah yang asal-asalan atau tidak baik. Misalnya, pemasangan kabel-kabel tanpa pengaman, bahkan ada yang menggunakan kabel listrik untuk jemuran. Wow, memprihatinkan bukan?
Hal yang sering terabaikan adalah kabel-kabel yang berada di balik tembok atau di atas plafon rumah. banyak yang membiarkan kabel-kabel itu telanjang tanpa pelapis. Kita lupa bahwa ada binatang pengerat seperti tikus yang senang menggigit kabel di atas plafon. Lho, tikus makan kabel? Bukan makan kabel, ternyata gigi tikus selalu tumbuh. Untuk menghilangkan gatal dari gigi tumbuh itu, kaum tikus harus menggigit sesuatu. Kabel yang malang melintang menjadi sasarannya.