Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengenal Lima Hal yang Dapat Menyebabkan Punahnya Owa Jawa Bersama Pertamina

21 November 2017   10:18 Diperbarui: 22 November 2017   15:51 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sambil berjalan, Pak Pelo menerangkan apa yang ada di hutan itu. Ternyata selain Owa Jawa, hutan lindung ini juga menjadi habitat macan tutul dan Elang Jawa. Tapi kita tidak perlu kuatir mengenai macan tutul karena biasanya binatang buas ini menghindari manusia. Sedangkan elang Jawa ada di atas pepohonan.

rambu tentang hewan di Bedogol (dok.pri)
rambu tentang hewan di Bedogol (dok.pri)
Menurut Pak Pelo, hutan ini memiliki 83 jenis tanaman obat dan berkhasiat yang bisa digunakan. Ada daun-daunan untuk mengobati penyakit batuk, meriang dll.  Ada pula tanaman yang bermanfaat untuk kecantikan, bahkan ada  yang bisa dimakan, jika kita kepepet kehabisan makanan di dalam hutan. Sambil berjalan, Pak Pelo menunjukkan daun-daun yang bermanfaat. Tapi kita harus waspada juga, karena ada pula tanaman yang membuat kulit menjadi gatal, walau tersedia penangkalnya. 

trekking (dok.Yayat)
trekking (dok.Yayat)
Trekking menyusuri hutan ini sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 1,3 km saja. Namun karena medannya licin dan naik turun, agak terasa berat. Terutama bagi kompasianers yang jarang olahraga dan berat badan 'berlebih'. Alhamdulillah, sebagai pecinta alam, saya masih bisa enjoy naik turun gunung walau usia semakin bertambah.

jembatan gantung (dok.kompasiana)
jembatan gantung (dok.kompasiana)
Di tengah perjalanan kami melewati jembatan gantung yang disebut Canopy trail. Jembatan ini 'hanya' berada 45 meter dari permukaan tanah, tergantung di antara pepohonan besar. Jembatan ini tidak boleh dilewati banyak orang sekaligus, tapi maksimal lima orang (termasuk yang gendut), supaya tidak rentan putus. Selama kami lewat, jembatan ini bergoyang-goyang.

di tengah Canopy trail (dok.pri)
di tengah Canopy trail (dok.pri)
Perjalanan menanjak yang membuat sebagian kompasianers mulai kehabisan nafas, termasuk beberapa admin. Akhirnya mereka menyempatkan diri istirahat dengan duduk di akar-akar pepohonan besar. Setelah merasa  lebih kuat, baru kemudian melanjutkan trekking kembali ke asal semula. Saya merasa sehat dan bugar dengan trekking ini.

foto sebelum meninggalkan hutan (dok.Asita DK)
foto sebelum meninggalkan hutan (dok.Asita DK)
Selesai trekking, kami kembali istirahat di tempat semula. Setelah itu, mengabadikan kebesamaan kompasianers dan Pertamina di depan pintu gerbang, dengan deretan mobil jeep yang akan menghantar kami. Perjalanan balik off road tidak seseram pada waktu keberangkatan karena sebagian tanah mulai mengering.

Makan duren dan rafting

Turun dari Land Rover, sebagian pakaian kompasianers kotor terkena cipratan lumpur. Begitu pula kaos putih yang saya kenakan, di lengan dan di punggung penuh totol lumpur yang bakal sulit dihilangkan. Biarlah, menjadi kenangan yang tak terlupakan. Kami lalu naik bus lagi, dibawa ke Warso farm yang terkenal akan duren lezatnya.

Di Warso farm ada patung duren dan buah naga raksasa yang menjadi identitas tempat ini. Makan siang yang terlambat terasa nikmat, karena perjalanan tadi menguras energi. Usai makan nasi, kami disuguhi duren yang sudah matang dan harum semerbak. Masing-masing satu buah duren untuk satu meja yang berisi empat orang. Sambil istirahat, kami mendengarkan uraian Mas Agus dari CSR Pertamina, tentang program-program Pertamina yang lain.

Kami istirahat di hotel Amaris Bogor. Lalu esok paginya sudah bersiap rafting di sungai Caringin. Arung jerang menjadi salah satu kesukaan saya karena penuh tantangan. Satu tim lima orang dengan satu pemandu. Perahu karet melewati empat jeram yang cukup menegangkan. Kami menikmati arung jeram ini sambil berteriak dan perang air sepuasnya.

Puas bermain air di sungai Caringin, kami makan siang bersama di sekitar Batu Tulis. Di sana kami juga mendengarkan paparan tentang program CSR Pertamina di jalur Pantura, khususnya Subang, dalam memberdayakan masyarakat miskin. Budi daya jamur dan daur ulang limbah menjadi fokus pendidikan di sana. Pertamina memang luar biasa dalam berupaya membangun negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun