Indonesia memang memiliki kekayaan kuliner yang luar biasa. Setiap daerah dan provinsi mempunyai ciri khas makanan yang berbeda-beda. Boleh dikatakan, semuanya lezat, penuh cita rasa dan tidak pernah membosankan. Hebatnya, segala macam kuliner itu bisa kita dapatkan di ibukota Jakarta. Jadi, kalau kita kangen terhadap makanan dari daerah tertentu, kita bisa menemukannya.
Karena itulah Festival Kuliner Serpong selalu menyajikan kuliner terbaik dari daerah masing-masing. FKS yang diselenggarakan di Summarecon Mall Serpong ini tahun lalu menyajikan tema masakan khas Jawa Timur. Sedangkan tahun ini, justru mengangkat masakan dari tanah Pasundan. Area parkir selatan SMS disulap menjadi taman masakan Jawa Barat yang menggugah selera. FKS kali ini berlangsung sejak tanggal 10 Agustus s/d 10 September 2017.
Nah, hari Minggu tanggal 27 Agustus kemarin, pasukan KPK Gerebek 30 mendatangi FKS 2017. Sinar matahari begitu menyengat serasa hingga menembus kulit. Tapi hal itu tak menyurutkan langkah kami untuk datang ke sana, dengan perut kosong tentunya. Sudah pasti ada sesuatu yang menyegarkan, yang bisa kita dapatkan di sana.
Saya datang agak terlambat. Sebagian teman-teman sudah berkumpul di area makan, di bawah tenda. Di sana Bozz Madyang, Rahab Ganendra mengkoordinir pasukan untuk segera bertugas. Kami memperoleh satu kartu FKS 2017 yang berisi saldo sebesar seratus ribu rupiah, bekal untuk berburu makanan yang menarik.
Saya pun menjelajah area FKS 2017 yang didandani begitu apik dan menarik. setiap booth makanan menempati satu gubuk/saung yang khas Pasundan, dengan ornamen kayu dan jerami di bagian atap.  Saung tersebut adalah replika dari Saung Julang Ngapuk dan Saung adat Kampung Ciamis. Di tengah-tengah ada pintu  gerbang yang dihiasi tampah dan payung-payung aneka warna. Sungguh sebuah dekorasi yang ceria.
Mengincar makanan Jawa Barat
Karena 'tema'nya adalah kuliner Sunda, maka saya mencari masakan yang menjadi ciri khas Jawa Barat. Saya agak bingung karena banyak pilihan yang menggoda. Toh akhirnya saya harus menentukan makanan apa yang mau dicicipi. Apalagi perut saya sudah keroncongan. Lalu saya berhenti di kedai Nasi Liwet Purwakarta.
Kenapa saya tertarik mencicipi masakan ini? kebetulan saya belum pernah menikmati nasi liwet ala Purwakarta. Beberapa tungku dan peralatan masak tradisional dari tanah liat berjejer menyajikan nasi liwet dan lauk pauknya. Saya membeli nasi liwet komplit seharga Rp 39.000,- Sedangkan untuk minum, saya membeli sebotol Liang Teh seharga Rp 8000,-