Sungguh  suatu kebahagiaan jika berhasil menjalankan sebuah usaha yang kita bangun sendiri.  Sebab, kita pasti telah mencurahkan segalanya untuk itu; pikiran, tenaga dan uang. Kepuasan lahir dan batin membuat kita merasa menjadi pemenang atas kehidupan ini. Namun jika usaha kita merugi, apa yang akan terjadi? Apalagi jika kondisi perbankan sama sekali tidak meyakinkan.Â
Ketakutan akan kerugian sebenarnya adalah penghambat untuk kita memulai dan memajukan usaha. Resiko pasti akan selalu ada di bidang apapun. Bedanya, orang yang ulet dan gigih bukan hanya tak mau takluk atau menyerah, tetapi akan terus berusaha memperbaiki diri agar terhindar dari kegagalan.
Belajar dari pengalaman orang lain, di antaranya adalah  jalan agar kita tahu bagaimana mengatasi masalah dalam dunia usaha. Beruntung saya mendapatkan ilmu ini dari Kompasiana Nangkring bersama LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) pada hari Sabtu, 12 Agustus yang lalu di hotel Artotel, Menteng, Jakarta Pusat. Hadir pula sebagai pelaku usaha adalah ownerKepiting Nyinyir. Diskusi hangat dan renyah dipandu oleh moderator Kompasiana, mas Nurullah.
Mau tahu rahasia Kepiting Nyinyir?
Kepiting Nyinyir menjadi sebuah brand penyedia makanan yang melesat dengan menggunakan jasa ojek online. Rachman Abdul Rachim, bersama dua orang lainnya mendirikan  Kepiting Nyinyir  hanya dengan modal 3 juta Rupiah. Dan sekarang, omset mereka telah mencapai 200 juta Rupiah per bulan. Bukan main.Â
Apa rahasianya? Â Pertama, adalah pemilihan nama yang tepat. Jangan menganggap remeh sebuah nama, karena ini adalah brand yang akan dijual. Nama yang benar-benar bisa menarik perhatian banyak orang. Terinspirasi dari media gosip 'Lambe Turah', maka dipilihlah nama Kepiting Nyinyir. Â Betul saja, nama brand ini membuat orang-orang penasaran dan mencari tahu.
Kedua, Kepiting Nyinyir disosialosasikan melalui media sosial. Mereka sadar betul bahwa masyarakat Indonesia adalah pengguna media sosial. Karena itu mereka menggandeng penulis seperti blogger, buzzer dan influencer untuk memberikan informasi secara gencar melalui media sosial. Nah, pemegang smartphone bisa dipastikan akan membacanya melalui akun instagram, twitter dan facebook. Â Dan akhirnya mereka tertarik untuk mencobanya.
Ketiga, Kepiting Nyinyir menggunakan jasa ojek online untuk mengantar pesanan makanan (delivery service) Â Dengan begitu, makanan akan lebih cepat sampai dalam keadaan baik dan hangat. Perlunya makanan tiba secepat mungkin adalah mengingat bahwa konsumen tentu ingin segera memakan makanan yang diinginkannya. Apalagi jika dia dalam keadaan lapar.
Keempat, kualitas bahan makanan yang selalu terjaga. Misalnya pasokan kepiting sebagai bahan makanan utama, berasal dari supplier yang terpercaya. Selain itu juga bagaimana mengolah makanan dengan resep yang tak pernah berubah, untuk menjamin cita rasa dan kenikmatan para konsumen.
Kelima, manajemen yang baik, terutama tentang pengelolaan keuangan usaha makanan ini sehingga terus berkembang semakin besar. Jika usaha semakin besar, maka Kepiting Nyinyir juga mampu menampung pekerja lebih banyak. Untuk itu, Kepiting Nyinyir bermitra dengan bank yang bisa dipercaya, baik untuk pinjaman modal maupun menabung hasilnya.
Namun ada beberapa inovasi yang juga dilakukan oleh owner Kepiting Nyinyir. kalau semula hanya melayani pesanan melalui ojek online, maka sekarang konsumen bisa datang ke tempat mereka. Mereka tidak hanya bisa makan di tempat, tetapi juga diperboleh melihat cara koki/chef Kepiting Nyinyir mengolah masakan.
Dahulu, memang Kepiting Nyinyir berada di gang sempit yang tak mungkin masuk kendaraan roda empat. Sekarang sudah memiliki tempat yang jauh lebih luas dan nyaman. Pengembangan usaha ini justru membuat konsumen semakin banyak. Usaha juga semakin sukses. Kepiting Nyinyir menjadi salah satu favorit penyuka masakan sea food.
"Dulu sewaktu masih di gang, ada ibu-ibu yang datang dengan mobil. Dia kaget karena dikiranya Kepiting Nyinyir adalah sebuah resto yang besar," cerita Rachman Abdul Rachim.
Mengelola keuangan dengan baik
Salah satu cara untuk meraih sukses yaitu pengelolaan keuangan dengan baik. Hal ini tak terlepas dari manajemen, atau bagaimana kita mengelola usaha tersebut. Â Dalam menjalankan usaha, biasanya kita menjalin kerjasama dengan bank tertentu. Namun, bagaimana jadinya jika bank yang menjadi partner kita ternyata kolaps karena gejolak ekonomi dunia? Â Pertanyaan ini sering menghantui para pengusaha dan pemilik modal.
Nah, sebelum ketakutan, ada baiknya kita mengenal LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Syamsul Adi Nugroho, Sekretaris LPS memberikan penjelasan yang gamblang mengenai andil LPS dalam menciptakan situasi yang kondusif bagi dunia perbankan.Â
LPS didirikan berdasarkan UU No.24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. LPS diharapkan dapat memelihara kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan dan meminimalisir risiko yang membebani APBN atau menimbulkan moral hazarddan berfungsi menjamin simpanan nasabah serta turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kesewenangannya.
Jelas, tugas LPS adalah meyakinkan masyarakat bahwa menabung di bank akan aman. Adanya LPS telah membantu stabilitas perekonomian Indonesia. Menurut Data LPS, simpanan nasabah di bank ada sekitar 5 130 Triliun Rupiah dengan jumlah rekening sebanyak 216 juta. Setiap tahun terjadi peningkatan. Namun LPS tetap terus menyoalisasikan agar masyarakat senang emnabung di bank.
Setiap bank wajib menjadi anggota LPS dan membayar premi sebagaimana ketentuan yang berlaku. Bank-bank tersebut juga harus melaprkan  keuangannya secara berkala. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari kerugian apabila bank mengalami kebangkrutan dan dilikuidasi. LPS akan mengganti uang nasabah dari bank yang bangkrut.
Penggantian uang dilakukan jika nasabah memenuhi ketentuan berikut:
1. Kita tercatat sebagai nasabah dan menabung di bank itu.
2. Harus mengetahui bunga yang ditawarkan bank tersebut. Sebab bunga bank tidak boleh di atas ketentuan LPS.
3. Tidak ada perbuatan yang merugikan bank, seperti kredit macet.
Saat ini LPS memiliki aset sebesar  79 Triliun Rupiah dan menaungi 81 bank di seluruh Indonesia. Karena itu, tidak usah ragu lagi memilih bank yang berada di bawah pengawasan LPS.  Bank adalah sarana kita dalam mengelola keuangan yang sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H