Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mata-mata

10 April 2017   11:39 Diperbarui: 10 April 2017   11:56 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mata-mata (dok.Kiara Wael Nada)

"Bajingan dia,. Sejak semula saya tidak pernah percaya pada perempuan itu. Perempuan matre pasti melakukan apa saja yang diperintahkan jika dibayar tinggi," tegas salah seorang wakil pimpinan.

"Saya sebetulnya tidak tega," kata Bos A, yang mengundang kekecewaan lainnya. Bos A ini memang baik dan bijaksana, tidak mau gegabah mengambil keputusan.

"Tapi kita tidak aman Bos, rahasia kita selalu bocor dan diketahui B."

"Kita waspadai saja. Amati tingkah lakunya. Kalau memang dia terbukti menyampaikan rahasia kita ke B, maka kita pecat dia." tekan Bos A.

Perempuan itu tahu bahwa semua orang menuduhnya mata-mata Bos B. Pada suatu kesempatan ketika aku sedang ngopi sendirian di warung, ia mendatangi dan mencurahkan isi hatinya. Perempuan itu menangis dengan tersedu-sedu.

"Masa aku dituduh mata-mata, mbak," isaknya di hadapanku. "Padahal aku nggak melakukan apa-apa. Aku kan cuma kerja saja, melaksanakan perintah Bos."

Aku mengangguk-angguk tanda mengerti,"Sudahlah, anggap saja anjing menggonggong kafilah berlalu. Kalau memang kamu nggak salah, nanti akan ketahuan juga kok."

Perempuaan itu berusaha mengendalikan dirinya. Tampaknya ia merasa terhibur karena aku tidak bersikap memusuhi seperti lainnya. Aku masih mau mendengarkan dan memberi perhatian kepadanya.

Dan hari-hari pun berlalu dengan kaku. Jika kami sedang berkumpul, perempuan itu dianggap tidak ada. Semua bersikap acuh tak acuh, tidak mau peduli kepadanya. Perempuan itu hanya bisa meringkuk dalam ruangannya yang sempit dan hanya keluar jika Bos A memanggilnya. Dia tetap berusaha bekerja dan melayani perintah Bos.  Hanya Bos A yang sering menyapa dan bicara padanya.

Pada suatu hari kami mengadakan rapat lagi tentang perencanaan ke depan. Rapat ini adalah rapat yang sangat penting karena menyangkut keberhasilan Bos A. Jika dia berhasil, maka kami semua akan merasakan suksesnya. Namun entah mengapa perempuan itu mondar mandir saja ke ruang rapat. Seharusnya dia tidak diperbolehkan masuk karena bisa mencuri dengar pembicaraan. Ada saja alasannya. Dia mengantarkan surat-surat, kacamata, dan minuman untuk Bos A. Seluruh peserta rapat memandangi dia dengan melotot.

Usai rapat, teman-teman berbisik-bisik,"Eh, ikuti dia. Jangan sampai melaporkan hasil rapat ke Bos B."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun