Ketika menghadiri acara Kompasiana yang bertajuk Urgensi Hari Pasar Rakyat Nasional, saya sangat antusias. Â Jelas, saya adalah salah seorang penikmat pasar rakyat. Saya lebih suka belanja di pasar rakyat daripada pasar modern atau mal. Bagi saya adalah seni tersendiri dapat melakukan tawar menawar harga dengan para pedagang. Dan mata ini dipuaskan dengan aneka barang yang dijajakan. Berbeda dengan mal yang dikuasai toko-toko besar, maka pasar rakyat memiliki kios-kios dengan ukuran sama yang tidak seberapa besar. Karena itu, barang-barang yang dijual bisa menjadi sangat bervariasi. Kalau kita pandai, ada saja toko yang menawarkan harga paling murah dibandingkan dengan kios lain. Memang memerlukan ketelitian dan kejelian. Namun ketika mendapatkan barang bagus dengan harga murah, hati ini merasa sangat puas.
Di pasar rakyat kita mendapati pedagang-pedagang yang sangat ramah, dengan berbagai macam gaya dan rayuan. Ini juga menjadi keasyikan tersendiri untuk diperhatikan. Bandingkan dengan pelayan-pelayan toko yang berada di mal, yang pada umumnya kaku dan seperti robot. Pasar modern atau mal memang menyasar pada orang-orang dari kalangan menengah ke atas. Tapi sesungguhnya tidak semua orang berduit senang berbelanja di mal. Bahkan banyak di antara mereka juga lebih suka berbelanja di pasar rakyat. Ada beberapa jenis barang atau makanan yang hanya bisa ditemukan di pasar rakyat. Sedangkan di pasar modern sangat sulit dicari.
Ironinya, kalau pemerintah Turki menjaga dan melestarikan pasar rakyat, pemeirntah Indonesia tampak abai dalam hal ini. Saya agak terkejut ketika mendengar bahwa pasar rakyat yang semula berjumlah 15 000 telah menyusut menjadi 9000. Ini bukan kesalahan pemerintah pusat, tetapi lebih kepada pemerintah-pemerintah daerah setempat yang biasanya tergiur dengan tukar guling dengan pengembang mal. Bahkan oknum-oknum pejabat Pemda tak segan-segan menggusur pasar rakyat dengan berbagai cara. Duh, padahal pasar rakyat menajdi ajang pertemuan bagi rakyat kecil.
Karena itu saya sangat mendukung dicanangkannya Hari Pasar Rakyat Nasional. Â Saya bangga dengan Bank Danamon yang memperlihatkan kepeduliannya untuk mempertahankan pasar rakyat. Â Kita harus menyadari bahwa Pasar rakyat harus dilestarikan. Apalagi pasar rakyat mencerminkan kehidupan masyarakat Indonesia yang Pancasialis. Tidak ada perbedaan terhadap suku, bangsa dan agama. Aktivitas dalam pasar rakyat adalah bagian dari budaya masyarakat Indonesia. Mari kita lestarikan pasar rakyat melalui Hari Pasar Rakyat Nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H