Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menulislah dan Menjadi Orang yang Dikenang

20 November 2016   21:41 Diperbarui: 20 November 2016   21:58 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nangkring di PRI (dok.pri)

Setiap orang bisa menulis, yakinlah itu. Mungkin kita masih ingat waktu masih berada di bangku sekolah, mengarang adalah salah satu hal yang diajarkan oleh guru Bahasa Indonesia. Dalam tingkatan yang lebih berat, kita dilatih untuk membuat karya tulis tentang berbagai hal, dengan tema yang diberikan guru. Karena itu, tidak ada alasan bahwa seseorang tidak bisa menulis, tinggal bagaimana dia mengasah kemampuan di bidang ini.

Menjadi penulis yang handal, memang susah-susah gampang. Ada orang yang berhasil menjadi penulis terkenal, ada juga yang tidak. Namun kalau kita bersungguh-sungguh, maka kita akan tertoreh dalam sejarah dan dikenang orang. Begitulah yang ditekankan penulis terkenal Maman Suherman dalam acara Kompasiana Nangkring "Saatnya Warga Menulis" yang bertempat di Pekan Raya Indonesia, ICE BSD 6 November 2016 lalu. Hadir pula sebagai pembicara, Mas Iskandar Zulkarnaen dari Kompasiana, dan mbak Yayat, Kompasianer of the Year 2016. Sebanyak 30 orang teman-teman kompasianers turun menyimak acara tersebut.

"Kalau mau mengenal dunia, membacalah, kalau mau dikenal dunia, menulislah," demikian kutipan dari Pramoedya Ananta Toer, yang diucapkan kembali oleh Maman Suherman.

Maman Suherman sendiri adalah contoh penulis yang berhasil. Bagaimana tidak, dia adalah seorang wartawan kawakan, yang kemudian menjadi blogger. Maman telah menghasilkan buku-buku yang cukup laris di pasaran. Namun kesibukannya sekarang ini, justru menjadi pembicara adalam acara talk show, untuk berbagi ilmu menulis. Selain itu ia juga aktif menyuarakan keprihatinan terhadap masalah-masalah sosial melalui tulisan dan organisasi terkait.

Kiat Menulis

Menurut Maman, penulis yang baik harus banyak membaca. Karena dengan membaca kita memiliki banyak referensi, pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga tulisan yang dihasilkan memiliki kedalaman dan tajam. Sayangnya budaya membaca di Indonesia masih sangat minim. Berdasarkan catatan Unesco, tingkat baca orang Indonesia hanya 0,001.  Artinya hanya ada satu orang yang membaca di antara seribu orang. Bahkan kita menduduki nomor dua dari belakang, sebagai negara ke 60 dari 61 negara dalam soal literasi.  Wah, gawat ya. Bagaimana kita mau maju jika masyarakat enggan membaca dan miskin ilmu pengetahuan.

Rumus menulis yang banyak diketahui orang adalah 5 W + 1 H. Rumus ini juga saya pelajari di bangku kuliah dulu, untuk menulis berita.  5 W +1H adalah Who, What, When, WhyWhere dan How.  Seiring dengan perkembangan zaman, rumus itu tidak lagi memadai untuk membuat sebuah tulisan yang bagus. Bagi Maman yang berkepala pelontos ini, sekarang yang berlaku adalah 5 R yaitu Read, Research, Reliable, Reflecting, dan (W) Rite.

Read atau membaca menjadi suatu keharusan jika tidak ingin tulisan kita dangkal. Sebagaimana yang telah disinggung di atas, referensi dan luasnya pengetahuan kita menjadi modal untuk membuat tulisan yang bermutu.  Lalu Research (riset) di mana kita terlebih dahulu melakukan penelitian tentang hal-hal yang berkaitan dengan tema yang akan kita tulis. Dengan riset ini kita mendapatkan data dan fakta yang akurat. Namun kebanyakan kita terlalu malas untuk melakukan riset sebelum menulis.

Reliable adalah untuk memastikan bahwa tulisan itu benar. Ini memerlukan ketelitian seorang penulis. Bukan hanya soal pengetikan huruf-huruf, nama yang benar dan semacamnya. Tetapi juga cek kebenaran sumber data atau berita. Sedangkan Reflecting adalah bagaimana sudut pandang yang kita gunakan. Sudut pandang ini haruslah sesuatu yang berbeda, yang belum ditangkap oleh orang lain sehingga menarik untuk dibaca. Memang sudut pandang yang berbeda sering memancing polemik, kita tidak perlu takut akan hal itu.

"Jangan marah pada seorang penulis yang berbeda sudut pandangnya. reflecting adalah menghargai perbedaan," tandas Maman.

Terakhir adalah (W) rite,  menulislah untuk kebenaran.  Dengan demikian kita membebaskan diri dari sebuah beban yang ada di dalam kepala.  Kebenaran harus diberitahukan dan dibagikan kepada orang lain. Kebenaran itulah yang membuat kita dapat memengaruhi orang melalui tulisan. Dengan 5 R ini, menulis tidak lagi menjadi kewajiban, melainkan sudah menjadi kebutuhan hidup.

Di sisi lain, Mas Isjet, asisten manajer Kompasiana menuturkan, kemajuan teknologi memungkinkan semua orang bisa menjadi menulis. Dahulu, jika ingin tulisan kita dibaca orang, kita harus mengirimkannya ke media cetak. Dengan penggunaan internet, setiap orang bisa menulis dan tulisan itu langsung bisa dibaca. Salah satunya adalah melalui blog yang disediakan untuk menampung warga masyarakat yang ingin menulis yaitu Kompasiana. Kita bisa menuliskan sesuatu yang kemudian langsung ditayangkan sehingga mudah dibaca oleh banyak orang. Kompasiana tumbuh menjadi media warga terbesar dengan jumlah anggota lebih dari 300 000 orang. Jumlah artikel yang masuk setiap hari mencapai 800 tulisan. Hingga kini Kompasiana telah dibaca oleh sekitar 30 juta orang.

intens

Menulis tentang hobi adalah yang paling mudah. Sebagaimana mbak Yayat, kompasianers of the year 2016. Wanita mungil yang tomboi ini sangat hobi dengan olahraga Moto GP, dimana pembalap Valentino Rossi menjadi idolanya. Saking hobinya, setiap tahun ia terbang ke Sepang, Malaysia untuk menonton perlombaan tersebut. Mbak Yayat menulis banyak artikel mengenai olahraga tersebut.

Memang pada mulanya, mbak Yayat tidak memilih tema atau jenis tulisan khusus. Ia hanya menulis apa yang disukainya. Menurut Mbak Yayat, menulis tidak boleh ada keterpaksaan  Jika menulis karena terpaksa, hasilnya akan jelek. Jadi tulislah apa yang kita suka. Nah, hobi adalah sesuatu yang jelas kita sukai. Menulis tentang hobi, sudah pasti akan lebih baik karena kita lebih memahami dan menghayati tentang hobi tersebut. Berhubung mbak Yayat hobi balapan, maka tulisan itu mengalir deras dengan sendirinya.

"Tapi kita harus konsisten menulis," tegas mbak Yayat. Konsisten misalnya menulis satu hari satu artikel. 

Selain itu, supaya tidak monoton, kita harus pandai mengambil tema yang tidak biasa. Sebagai contoh adalah balapan motor tadi. Kalau media sudah banyak menuliskan tentang berlangsungnya lomba balap motor, maka mbak Yayat  lebih tertarik untuk menulis tentang suasananya, atau apa saja yang melatarbelakangi lomba balapan tersebut. Hal ini dilakukan agar tulisan tidak membosankan dan lebih menarik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun