Setelah sukses dengan acara Visit PALYJA beberapa bulan yang lalu, kolaborasi antara kompasiana dengan PALYJA terus berlanjut. Kami, para kompasianers kembali diundang untuk mengunjungi IPA Taman Kota, Jakarta Barat. Instalasi ini memang tidak sebesar IPA yang berada di Pejompongan. Meeting point memang di Pejompongan. Ada penjelasan ulang mengenai operasional PALYJA, sebab sebagian teman-teman baru pertama kali datang ke sana. Kami pun masih antusias mendengarkan pemaparan Ibu Meyrita dan timnya.Â
Lewat tengah hari, kami berangkat dengan menggunakan bus yang sudah disediakan oleh pihak Palyja. Perjalanan agak menyulitkan karena memasuki wilayah yang sangat padat dengan ruas jalan yang sempit. IPA Taman Kota ternyata berada di tengah pemukiman penduduk. Â Bapak Budi Susilo mendampingi kami sambil memberikan keterangan seputar IPA Taman Kota. Di instalasi itu, tampak hanya sedikit karyawan yang bekerja, maklum jauh lebih kecil dari IPA Pejompongan.
IPA Taman Kota 'hanya' Â menghasilkan air 150 liter perdetik. Setidaknya cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi penduduk. Beberapa tahun yang lalu. IPA Taman Kota ini pernah terhenti secara operasional karena mengalami tidak mendapatkan air baku yang sesuai standar/kelayakan. Air sungai yang ada mengandung amoniak terlalu tinggi, berbahaya jika dikonsumsi oleh penduduk.. Instalasi ini baru berfungsi kembali setelah menggunakan teknologi yang lebih canggih untuk penjernihan air dengan investasi sebesar 2 trilyun Rupiah. Modal itu juga untuk memperbaiki jaringan distribusi, sostem kontrol dan layanan pelanggan.
Pasokan air bersih seringkali terganggu karena kebiasaan buruk masyarakat. Â Misalnya, sungai dijadikan tempat sampah raksasa. Semua benda yang tak diperlukan dibuang ke dalam sungai, dari benda kecil seperti sampah makanan hingga benda besar seperti kasur atau spring bed. Bayangkan, berapa kubik sampah yang memenuhi sungai. Tak heran jika banjir menjadi langganan kota sebesar Jakarta.
Program Gubernur Basuki Tjahaya Purnama (AHOK) yang menerjunkan pasukan khusus untuk membersihkan sungai, patut mendapat acungan jempol karena telah menyelamatkan kualitas air sehingga masih memenuhi standar untuk diolah menjadi air bersih. Walau begitu, air yang menjadi bahan baku memang memerlukan proses yang rumit agar layak untuk dikonsumsi masyarakat. Maklum, kandung polusi yang berupa amoniak sangat tinggi. Ditambah lagi dengan pencemaran air laut yang membuat air tawar menjadi rusak. Interupsi air laut ini bahkan sudah mencapai Jakarta Pusat.Â
Sempat terhenti pada tahun 2007, IPA Taman Kota ini beroperasi kembali pada tahun 2012 dengan menggunakan teknologi biofiltrasi. Teknologi ini menggunakan mikro organisma yang dapat memakan amoniak. Mikro organisma itu diberi media (sarana) yang dinamakan meteor. Bentuknya seperti jaring laba-laba berwarna hitam dan diletakkan di dasar kolam penampungan air.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H