Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tamatkah Riwayat Messi?

28 Juni 2016   03:03 Diperbarui: 28 Juni 2016   03:22 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa arti Copa Amerika bagi seorang Leonel Messi? Itu adalah sebuah harga diri yang dipertaruhkan untuk bangsa dan negara. Boleh saja ia berjaya menjadi pemain nomor satu dunia. Namun yang membawanya ke puncak popularitas adalah karena ia berada di klub lain dan menjadi bayaran negara lain. Padahal kebanggaan seorang pemain sepakbola tetaplah ketika ia berhasil membawa nama negaranya sendiri sebagai juara dalam laga bergengsi dan bertaraf internasional. Di sinilah kesempatan Leonel Messi untuk menjadi pahlawan sejati bagi negerinya tercinta.

Saya cukup mengerti apa yang dirasakan Messi. Ketika harapan semua orang di Argentina diletakkan pada pundaknya, Messi harus meraih kemenangan. Saat kegagalan mendera, ia menjadi sangat terpukul. Bayangkan, Messi gagal memberi kebahagiaan pada jutaan rakyat Argentina. Tak ada yang lebih membuat hati menjadi perih tatkala dirinya mengecewakan harapan bangsanya sendiri. Leonel Messi pantas menjadi sedih dan putus asa. Dunia serasa runtuh. Tak ada artinya lagi berbagai trophi dan bola emas atau sepatu emas. Ia tak sanggup menatap wajahnya sendiri di dalam kaca.

Di satu sisi, kita bisa melihat begitu mendalamnya rasa nasionalisme seorang pemain sepakbola tingkat dunia. Betapa pun, kejayaan bangsa dan negara menjadi prioritas melebihi kepentingan pribadi. Messi berusaha mengerahkan segala kemampuannya untuk memberikan hasil terbaik. Namun apa daya, takdir menentukan berbeda. Orang mengatakan bahwa keberuntungan tidak untuk Argentina, bahkan ada yang ekstrim menyebut ini sebagai kutukan. Apapun istilahnya, Messi hanya mengenal satu kata, bahwa dia telah 'gagal'.

Messi yang mutung, memutuskan berhenti menjadi pemain tim nasional Argentina. Apakah persoalan akan berhenti disini? Saya kira tidak. Kegagalan Messi membawa negaranya menajdi juara Copa Amerika  menimbulkan trauma kejiwaan yang sangat mendalam. Sudah tiga kali Messi mengantar Argentina ke final, dan semuanya berakhir pada kekalahan. Ini sudah teramat berat dan tak sanggup ditanggung oleh Messi. Tragedi ini justru terjadi setelah Messi merayakan ulang tahun ke 29 beberapa waktu yang lalu.

Trauma ini akan terus memengaruhi Messi. Saya duga dan saya yakin bahwa untuk selanjutnya karir sepakbola Messi akan terus menurun. Dia telah kehilangan kepercayaan diri. Kekalahan Argentina di Copa Amerika akan terus menggerogoti semangatnya, dan secara otomatis melemahkan kemampuannya. Lionel Messi memang telah meraih puncak karir dalam usia muda, tetapi agaknya dia juga akan merasakan akhir dari karir lebih cepat dari dugaan semula.

Maka boleh dikatakan tamatlah riwayat Messi. Dalam hitungan bulan atau tahun, ia tidak akan berkibar lagi. Kecuali bila ada orang yang sanggup menghibur Messi dan menyembuhkan luka batinnya. Suatu hal yang agak mustahil, butuh orang yang luar biasa untuk membuat Messi bangkit melawan ketidakberdayaannya terhadap rasa sakit dan kecewa. Pemulihan kondisi Messi merupakan sesuatu yang sangat sulit dilakukan dalam waktu singkat. Ia perlu masuk 'sanatorium' khusus yang terdiri dari para psikiater.

Ada baiknya Barcelona bersiapsiap terhadap perilaku Messi. Jangan berharap terlalu banyak, karena besar kemungkinan Messi tidak akan secemerlang dulu. Barangkali sudah waktunya bagi Barcelona untuk memikirkan siapa pengganti Messi berikutnya. Tentu ada batas waktu yang bisa ditolerir, sampai kapan bisa mempertahankan Messi. Bagaimana pun juga, Barcelona harus menyiapkan diri menghadapi hal yang terpahit, kehilangan kehebatan seorang Leonel Messi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun