Jika air sungai dengan kandungan amoniak tinggi itu harus diolah, maka membutuhkan waktu lebih lama dan biaya lebih banyak. Inilah yang menyebabkan harga air bersih terpaksa dinaikkan. Â Sejak 15 Jjanuari 2007 harga jual air bersih Palyja terbagi dalam enam kategori. Harga terendah adalah Rp 1.050 per 0-10 m kubik air. Sedangkan yang tertinggi adalah RP 12.550 per m kubik air. Sejak tahun 2007 itu Palyja belum menaikkan tarif.
"Jadi selama sembilan tahun, tidak pernah naik harga," tandas Meyritha.
Apa saja yang telah dilakukan Palyja selama ini? cukup banyak. Pertama, adalah memperbaiki sarana dan prasarana pengolahan air. Misalnya dengan mengganti pipa-pipa yang mengalami kebocoran, baik di perjalanan dari waduk Jatiluhur hingga ke Jakarta, atau juga kebocoran di dalam area IPA 1. Salah satu  cara untuk mendeteksi kebocoran adalah  dengan mengunakan gas helium. Sebuah ide orisinil dari karyawan Palyja.
"Dengan teknollogi gas helium, kebocoran pada pipa yang tak nampak karena tertanam di dalam tanah, dapat dideteksi," papar Nancy Elvina. Cara lain adalah dengan metode JD7 yang mampu mendeteksi penyumbatan sambungan lateral dan sambungan ilegal.
Selanjutnya adalah melakukan perawatan rutin/berkala IPA I, Misalnya, akselerator dibersihkan setiap dua bulan sekali, Reservoir dibersihkan setahun sekali dan filter diperiksa setiap 72 jam. Perlu diketahui, ada 48 filter di IPA I Pejompongan ini.
Palyja juga harus menangani pencurian air oleh penduduk yang tidak bertanggung jawab. Pada tahun 2014, bekerjasama dengan Polda Metro Jaya berhasil membongkar pencurian air di Pejagalan, Jakarta Utara. Hebatnya, pencurian itu berkedok Instalasi Pengolahan Air. Pencurian air juga terjadi di wilayah-wilayah lain. Karena itu Palyja harus mengawasi dengan ketat pasokan air selama 24 jam. Untuk itu, ada ruang kontrol khusus yang bernama DMCC (Distribution Monitoring and Control Centre) Â dimana ada petugas yang selalu memonitor secara terus menerus sepanjang hari. Ruang kontrol dengan teknologi cangih itu hanya dimiliki oleh Palyja.
Langkah lebih lanjut adalah mengupayakan agar air sungai dapat menjadi air baku. Palyja melakukan sebuah inovasi dengan menggunakan bakteri tertentu yang dapat memakan limbah yang masuk ke sungai. Bakteri itu bernama meteor. Untuk itu, bakteri tersebut harus dikembangbiakkan. Ada satu media khusus dimana bakteri itu bisa dikembangbiakkan, bentuknya mirip butiran berlubang berwarna hitam, terbuat dari plastik.
[caption caption="media untuk mengembangbiakkan bakteri pemakan limbah (dok.pribadi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H