Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Dua Kelenteng Utama di Kawasan Pecinan Bogor

5 Februari 2016   21:40 Diperbarui: 6 Februari 2016   13:05 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Gapura Vihara Dhanagun (dok.pribadi)"][/caption]Kawasan Pecinan Bogor, tak jauh dari  Kebun Raya Bogor. Hanya berseberangan dari pintu utama, ada perempatan yang bergapura dengan warna merah ciri khas Pecinan. Masuk jalan Surya Kencana, di pojok sebelah kiri terdapat satu Vihara atau kelenteng tertua di Bogor yaitu Vihara Dhanagun. Hampir semua orang Bogor asli mengenal Vihara ini karena letaknya yang strategis. Sebelah menyebelah Vihara terdapat pasar tradisional yang selalu ramai. Apalagi pada hari Minggu, dimana para pengunjung Kebun Raya Bogor juga mencari oleh-oleh di kawasan tersebut.

Meski ada gapura dan penjaganya, Vihara Dhanagun terbuka untuk umum. Tidak ada pemeriksaan atau kecurigaan. Pengawas hanya bertanya pada orang yang masuk, untuk keperluan apa kita ke sana. Jadi, siapapun bisa melongok ke dalam Vihara tanpa dipungut bayaran. Mau foto-foto atau selfie, bebas saja. Asalkan kita permisi secara sopan, orang-orang yang berada dalam vihara tidak akan menganggu. Mereka hanya tersenyum.

[caption caption="Ruang dalam Vihara (dok.pribadi)"]

[/caption]Seperti biasa sebuah kelenteng, selalu ada patung dewa-dewa, tempat pemujaan, lengkap dengan pembakaran ohio. Bau harum dari dupa atau ohio mendominasi ruangan yang setengah terbuka. Warna merah adalah ciri khas sebuah kelenteng, begitu pula lampion-lampion yang digantung di langit-langit Vihara dan gapura. Terutama menjelang hari Imlek dan Cap Go Meh, yang selalu dirayakan di kelenteng ini.

[caption caption="Tempat pembakaran ohio (dok.pribadi)"]

[/caption]Kelenteng Dhanagun telah ada lebih dari satu abad yang lalu. Keberadaannya seiring dengan pertumbuhan kota Bogor yang semakin padat. Kelenteng ini tak pernah sepi dari pengunjung, bukan saja mereka kaum keturunan Tionghoa ataupun turis yang iseng melihat-lihat. Namun juga karena dalam vihara terdapat sebuah klinik pengobatan yang melayani penduduk dari segala golongan dan agama. Justru penduduk muslim yang banyak menjadi pasien di sana karena klinik ini sangat terjangkau oleh penduduk miskin.

[caption caption="klinik dalam Vihara Dhanagun (dok.pribadi)"]

[/caption]Sekitar tiga ratus meter dari Vihara Dhanagun, menuju jalan Sukasari, terdapat satu kelenteng lagi, yaitu Vihara Dharmakaya. Vihara ini memang tidak sebesar dan seramai Vihara Dhanagun, tetapi tak kalah unik dan antik. Menurut penjaganya, dahulu tempat itu adalah rumah tinggal seorang Nyonya Belanda. Lantas pada tahun 1914, rumah itu dihibahkan kepada penduduk keturunan Tionghoa untuk dijadikan Vihara agar mereka bisa beribadah secara leluasa.

[caption caption="Vihara Dharmakaya (dok.pribadi)"]

[/caption]Imlek dan Cap go Meh

Pada hari raya Imlek, tentu saja kelenteng atau Vihara akan dipadati orang-orang yang bersembahyang. Mereka datang bersama sanak keluarga. Namun tidak ada perayaan berlebihan pada hari Imlek. Soalnya, Imlek serupa dengan lebaran kaum muslim. Pada hari Imlek, yang paling penting adalah bersembahyang. Setelah itu mereka saling bersilaturahmi dengan keluarga dan handai tolan.

Perayaan seseungguhnya justru diselenggarakan pada hari Cap Go Meh. Hari Cap Go Gomeh jatuh kira-kira dua minggu setelah hari Imlek.  Pada hari inilah orang-orang memasang petasan sejak pagi hingga malam. Atraksi Barongsai dan Liong Naga akan dimulai dari Vihara Dhanagun, jalan terus ke arah Sukasari, lalu mampir di Vihara Dharmakaya, setelah itu akan berputar balik di ujung jalan, lalu kembali ke kelenteng Dhanagun. Biasanya atraksi ini keluar setelah hujan berhenti di siang atau sore hari. Penduduk setempat atau pengunjung dari kota lain bisa menyaksikannya bersama-sama pada hari tersebut.

[caption caption="legenda Sun Go Kong (dok.pribadi)"]

[/caption] 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun