[caption caption="Diskusi Memeringati 25 tahun JNE (dok.pribadi)"][/caption]Beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi kreatif melonjak pesat. Hal ini terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Boleh dikatakan, ekonomi kreatif telah mengalami masa booming. Mengapa bisa demikian? Tentu saja ini bukan sulap atau magic sim salabim. Ada unsur-unsur yang mendukung terciptanya suasana yang kondusif bagi berkembangnya industri ekonomi kreatif. Salah satu pilar utama yang menopang ekonomi kreatif adalah jasa pengiriman barang/logistik yang sudah sangat terkenal, yaitu JNE.
Tahun 2015, JNE memasuki usia 25 tahun, usia yang menandakan kematangan. Dengan kematangan berkiprah selama ini, JNE mendorong tumbuhnya ekonomi kreatif yang berbasis pada rakyat kecil. Di saat perekonomian global mengguncang industri-industri skala raksasa, ekonomi kreatif justru bertahan dan tetap tumbuh tanpa halangan. JNE memberikan andil yang luar biasa karena banyak ekonomi kreatif yang mengandalkan JNE untuk mendistribusikan produk-produk yang dihasilkan ke seluruh wilayah sesuai dengan kebutuhan.
PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) memang senantiasa berkomitmen untuk turut berperan aktif mendukung kemajuan perekonomian nasional dengan memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh pelanggan JNE. Hingga kuartal ketiga 2015 total pendapatan dan penjualan JNE tumbuh sebesar 30%, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Total jumlah pengiriman saat ini adalah sebanyak 12 juta kiriman per bulan atau 400 ribu kiriman per harinya. Semua bisa dilaksanakan dengan dukungan kinerja yang baik dari 13 000 karyawan di seluruh penjuru Nusantara.
"Di sepanjang 2015 ini, JNE telah menunjukkan komitmen dan pertumbuhan yang signifikan, terlihat dari solidnya pertumbuhan kinerja bisnis kami. Hal ini turut didukung oleh investasi yang berkelanjutan dalam inovasi produk dan layanan yang berfokus pada kebutuhan pelanggan. Setelah 25 tahun menyediakan aksebilitas, kami akan terus berupaya memberikan layanan terbaik serta jasa kurir terdepan," tutur Mohamad Feriadi, Presiden Direktur JNE.
Banyak inovasi yang telah dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah masyarakat dalam memperluas aksebilitas. Salah satunya komitmen untuk menambah 500 titik layanan JNE di seluruh Indonesia. Dimulai dari kota besar hingga tingkat kecamatan sampai dengan tahun 2018. Saat ini jumlah titik layanan JNE mencapai 5000 titik layanan.
Abdul Rahim Tahir, CEO JNE mengatakan,"Sejalan dengan komitmen kami dalam memberikan layanan terbaik bagi pelanggan, kami mengadakan beberapa peningkatan pada infrastruktur, termasuk aset digital. Inovasi terbaru dalam website kami yang berupa wadah layanan pelanggan dirancang secara unik agar pelanggan dapat mengawasi pengiriman dan pengantaran secara maksimal.Seiring dengan berkembangnya teknologi JNE terus meningkatkan digital tools JNE agar pelanggan dapat memperlancar layanan pengantaran."
Menelurkan inovasi harus sesuai dengan perkembangan zaman. Inilah yang dilakukan oleh JNE menghadapi era digital yang telah melanda dunia. Untuk itu, JNE tak segan-segan bekerjasama dengan pihak lain yang seiring sejalan dengan kemajuan teknologi. Karena itu, dalam acara Nangkring Kompasiana bersama JNE, dihadirkan pula orang-orang yang bergelut dengan dunia digital. Di samping Mohamad Feriadi (Presdir JNE) yang juga memberikan pidato sambutan dan Abdul Rahim Tahir (CEO JNE), tampil sebagai pembicara adalah Ricky Pesik (Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif), Iwan Setiawan (CEO Provetic) dan Achmad Zaky (CEO Bukalapak.com). Mereka adalah entrepreneur di bidangnya masing-masing.
Tak salah jika diskusi dalam acara Nangkring ini bertajuk "Industri Kreatif Pada Era Digital". Dsikusi ini memang menekankan pada pentingnya pemanfaatan teknologi digital secara maksimal. Di sisi lain, Iwan Setiawan dan Achmad Zaky memberikan kesaksiannya bahwa JNE telah banyak membantu usaha mereka. Pada kesempatan itu, Iwan mengajukan sebuah cita-cita untuk memiliki produk nasional yang bisa digunakan. Sedangkan Achmad Zaky ingin sekali membantu UMKM agar bisa mencapai kemajuan yang sama.
Ekonomi kreatif di Indonesia sejalan dengan pertumbuhan ekonomi kreatif di dunia. Menurut kabar, besarnya sekitar 20%, cukup fantastis mengingat itu justru lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi di Jerman dan 2,5 x kebutuhan militer di dunia. Ricky menjelaskan, kontribusi ekonomi kreatif di Indonesia sebesar enam koma sekian persen. Dan fakta menunjukkan bahwa ekonomi kreatif tumbuh paling stabil dibandingkan dengan sektor lain.Hambatan kita adalah kurang sinkronnya antara budaya dan ekonomi. Sedangkan di negara-negara maju seperti Finlandia, hal itu tidak menjadi masalah lagi.
Di era digital ini, penggunaan internet harus menjadi 'senjata' dalam memajukan ekonomi kreatif. Iwan mencontohkan Obama yang mampu menindai bahwa generasi muda adalah pengguna sosial media. Dari data di sosmed itu ia mengetahui apa yang diinginkan oleh mereka. Bisa dilihat, bagaimana kecenderungan mereka dalah memilih calon presiden. Obama pun melakukan simulasi untuk mengetahui negara bagian mana yang bakal kalah atau menang.
"Itulah yang seharusnya dilakukan pebisinis di Indonesia," tegas Iwan. Sebuah cara yang sophisticated, membuat strategi dengan data yang akurat. Iwan yang selalu bicara dengan nada gaul itu memang sangat concern dengan sosial media.
Menurut Iwan, ada tiga hal yang akan kita hadapi. Pertama, The rise of middle class; kelas menengah tumbuh sangat pesat. Pada tahun 2020 milyaran costumer akan tumbuh di tingkat global. 30 % berasal dari Tiongkok, India dan Indonesia. Kedua, the rise of social media, pengguna sosial media di Indonesia luar biasa, terutama twitter dan facebook. Lalu ketiga, the rise of e-commerce, yang bisa membuat ekonomi kreatif tambah meledak.
Ahmad Zaky, CEO Bukalapak.com menekankan bahwa internet menjadi senjata baru untuk manusia baru. Internet membawa kesempatan ekonomi digital tumbuh dengan pesat dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dunia. "Peningkatan UKM yang conncet online menjadi dua kali lipat."
JNE sejauh ini selalu mengikuti perkembangan zaman. JNE memanfaatkan IT semaksimal mungkin untuk meningkat usahanya, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang pada dasarnya juga merangsang pertumbuhan perekonomian Indonesia. Utamanya adalah melalui media internet, termasuk penggunaan sosial media. Sehingga JNE berkembang pesat menjawab tantangan dunia global.
Beberapa inovasi terbaru JNE adalah Pesona dan Jesika. Pesona adalah singkatan dari Pesanan Oleh-oleh Nusantara, yang diberikan kepada para pelaku UMKM terutama di bidang industri makanan. Dengan layanan itu JNE bisa menyebarluaskan makanan-makanan daeri suatu daerah ke daerah lainnya. Sebenarnya ini memang menjadi concern JNE yang mengawali kiprahnya di bidang e-commerce yang membantu UMKM. Sementara Jesika adalah Jemputan Asi Seketika. Layanan ini menyambut kebutuhan ibu-ibu yang bekerja agar dapat terus memberikan asi terbaik kepada anaknya. Sebuah inovasi yang sama sekali tidak terpikirkan oleh orang lain.
Sampai dengan saat ini ada 2000 jenis barang dari 200 UMKM yang telah bekerjasama dengan JNE. Diperkirakan akan terus berkembang cepat hingga Indonesia menjadi nomor wahid dalam bidang ekonomi kreatif di kawasan Asean. Ini menjawab tantangan dalam menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang sudah di depan mata. Kesiapan Indonesia akan menggetarkan negara-negara tetangga sebagaimana yang dikatakan oleh Presiden Jokowi.
"Negara-negara lain justru takut kepada kita. Karena itu buat apa kita takut kepada mereka?" tegas Jokowi pada sebuah acara silaturahmi.
Doa dan Kerja Keras
Mungkin banyak orang yang tak menduga bahwa bisnis JNE dibangun atas doa dan kerja keras dari level pimpinan sampai seluruh karyawan. Kesan religius akan terasa ketika kita memasuki gedung kantor pusat JNE di jalan Tomang Raya No 11, Jakarta. Kebetulan peringatan 25 tahun JNE jatuh pada hari JUmat, tanggal 11 Desember yang lalu. Ketika saya datang terlalu cepat, sebelum pukul 13.00, saya mendapati lantai tujuh yang akan digunakan selebrasi masih penuh dengan jamaah karyawan yang sedang melaksanakan sholat JUmat.
Ternyata, kegiatan sehari-hari yang penuh dengan kesibukan itu tak pernah terlepas dari menjaga hubungan yang baik secara vertikal dan horisontal. Hablumminallah dan Hablumminannas sangat diterapkan sebagai bagian dari kinerja pasukan JNE. Setiap karyawan didorong untuk selalu taat beribadah dan berdoa selama menjalankan tugas-tugas mereka. Setelah berupaya, serahkan kepada Tuhan. Sikap ini membuat mereka menjadi selalu tenang dan optimis, begitu pula dengan mitra JNE. Rupanya, inilah kunci sukses JNE selama 25 tahun. Saya baru mengerti, itulah hakikat dari connecting happiness, slogan yang digunakan oleh karyawan JNE.
Meski telah sukses, tidak membuat JNE menjadi jumawa. JNE tetap rutin melakukan evaluasi, introspeksi, memperbaiki dan mengembangkan segala daya yang ada. Di samping itu juga tak lupa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pemurah atas segala karunianya. Bentuk rasa syukur itu diimplementasikan dnegan menyantuni anak-anak yatim dan mengulurkan bantuan kepada pihak-pihak yang membutuhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H