[caption caption="Para pemenang di Kopdar Bebas Berbagi #Unstoppable Indonesia (dok. Widha Karina)"][/caption]
Ternyata kita memiliki generasi muda yang luar biasa. Di antara sekian banyak anak-anak muda di seluruh Indonesia, terdapat bibit-bibit unggul yang mempunyai bakat dan potensi untuk memajukan negeri. Sungguh membanggakan mengingat pada umumnya kaum muda identik dengan orang-orang yang senang berhura-hura dan miskin kepedulian terhadap sesama. Hal ini terungkap melalui Kopdar Bebas Berbagi #Unstoppable Indonesia bersama FWD Life di kafe Kopi Tiam Tan, Jl. Jendral sudirman, Sabtu (19/9) yang lalu. 30 orang Kompasianer hadir dalam acara tersebut.
FWD adalah sebuah perusahaan asuransi jiwa yang tergabung dalam FWD grup. Perusahaan ini merupakan salah satu lini bisnis investasi Pacific Century Group. Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, FWD life telah terdaftar dan diawasi oleh badan OJK (Otoritas Jasa Keuangan). FWD memiliki kepedulian yang tinggi untuk menumbuhkan generasi muda Indonesia yang berkualitas. Ajang Kopdar Bebas Berbagi #Unstoppable Indonesia merupakan kompetisi yang digelar FWD untuk menemukan anak-anak muda yang berjiwa entrepreneur sehingga mampu memberikan manfaat kepada bangsa dan negara.
Pada acara kali ini, ada lima finalis yang maju memberikan presentasi. Sebenarnya jumlah finalis ada enam, tetapi satu orang berhalangan hadir. Mereka berlima memaparkan rencana dan program yang akan dibuat dan sedang dilakukan. Para juri menilai apakah aktivitas mereka cukup visioner, mampu memberikan terobosan dan solusi terhadap masalah-masalah serta tantangan yang dihadapi. Aktivitas mereka tidak hanya berpusat pada diri sendiri, tetapi juga memberikan peluang kepada teman-temannya atau orang lain untuk ikut maju bersama-sama. Inti dari aktivitas mereka adalah menjadikan passion sebagai pondasi memunculkan kekuatan yang ada dalam setiap individu.
Antusias Finalis
Lima finalis yang hadir menampakkan semangat yang menggebu-gebu ketika menguraikan program-program mereka di hadapan hadirin, termasuk juri dan wartawan. Mereka sangat percaya diri, yakin bahwa apa yang diutarakannya adalah sesuatu yang pantas untuk dikembangkan lebih jauh. Menarik mengingat usia mereka yang sangat muda. Salah satunya malah masih tercatat sebagai mahasiswa semester akhir di sebuah perguruan tinggi. Dia sangat antusias menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan. Lima finalis ini terpilih dari 3500 peserta dan 1399 proposal bisnis yang masuk.
Kelima finalis yang memberikan paparan adalah Alicia Van Akker, yang mendirikan Rumah MC. Ia mengajak teman-teman seprofesi untuk bergabung dengannya. Idenya membuat Rumah MC disebabkan kesulitannya mendapat order karena adanya klasifikasi tertentu dari klien. Misalnya untuk perusahaan dan instansi, pasti meminta MC yang biasa serius dan mengetahui protokoler, sedangkan klien yang hendak mengadakan pesta ulang tahun tentu meminta MC yang pandai menghibur. Alicia lalu menghimpun rekan-rekannya dalam wadah Rumah MC.Â
Rumah MC menjadi solusi bersama baik dari para MC yang membutuhkan job ataupun klien yang membutuhkan MC, sehingga tercipta kerjasama yang saling menguntungkan. Rumah MC pun berkembang dengan pesat. Alicia tidak hanya berhenti disitu, ia lalu membuat program-program baru, misalnya mengadakan pelatihan yang terwujud dalam Sekolah MC untuk mencetak MC-MC baru yang berkualitas dan memenuhi standar yang diminta para klien. Rumah MC meraih sukses, terbukti dengan permintaan yang mengalir deras, bahkan ada yang dari negara tetangga seperti Singapura.
Sedangkan Anggia Rahendra, mahasiswa tingkat akhir Universitas Telkomsel, membuat program PLUA yang berbasis aplikasi dari smartphone. PLUA adalah penyediaan layanan informasi yang dikemas secara menarik. Fiturnya lebih mirip game sehingga menyenangkan untuk dilihat. Tentu saja hal ini sangat digemari oleh anak-anak muda. Mengingat bahwa masa depan internet menjadi media utama, maka peluang sukses bagi PLUA sangat tinggi.
Sementara Rinda Gusvita yang berasal dari Lampung memperkenalkan Starbook Cafe. Ada dua hal yang ingin dicapai oleh Rinda. Pertama adalah menumbuhkan minat baca masyarakat terhadap buku untuk mencerdaskan bangsa. Kedua adalah mengangkat hasil pertanian rakyat yang berupa kopi. Kopi tidak hanya dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan besar, banyak petani kecil yang menanam kopi. Ironisnya, hasil kopi petani dihargai sangat rendah. Melalui Starbook Cafe ini Rinda bermaksud meningkatkan harga jual kopi petani kecil.
Lalu ada Fitri Kumala yang bergerak di bidang musik. Ia mendirikan Star wanna be di Surabaya. Star Wanna Be menjadi wadah bagi anak-anak muda yang ingin menyalurkan bakat seni musik. Salah satunya adalah mencetak artis (musisi/penyanyi). Kelebihannya adalah, disini dikembangkan pula pengasahan mental agar mereka siap menghadapi tantangan yang ada di dunia musik Indonesia.
Kemudian terakhir adalah Ignatius Leonardo yang mendirikan Kulit Kayu sebagai usaha kerajinan tas dan dompet yang menggunakan bahan baku kulit kayu yang berkualitas. Kulit kayu tersebut tidak merusak alam karena terbuat dari bahan dasar sintetis yang sangat lentur dan kuat bernama Cork. Berbagai produk telah dikeluarkan Kulit Kayu seperti tas, dompet, sepatu, casing handphone dan perlengkapan lainnya. Kulit kayu menggunakan media internet untuk memasarkan hasil produksinya. Sejauh ini permintaan konsumen selalu meningkat.
Dari kelima finalis tersebut, para juri memilih tiga orang saja. Mereka yang berhasil menjadi pemenang adalah Alicia dengan Rumah MC-nya, Anggia Rahendra dengan PLUA dan Ignatius leonardo dengan Kulit Kayu-nya. Skor yang diberikan juri sebenarnya hanya beda tipis, tetapi cukup menentukan. Inilah gambaran anak-anak muda yang mengasah passion menjadi sesuatu yang luar biasa.
Berbagi Inspirasi
Beberapa orang juri yang hadir adalah Paul Setio Kartono (CFO FWD Life), Deddy Dahlan (Passionpreneur), Indra Cahyo Uno (komisaris PT Sarontaga Investama Sedaya Tbk), dan Dolly Lesmana (CEO Dreamlab). Dalam kesempatan ini mereka juga berbagi inspirasi kepada para finalis dan pengunjung yang hadir. Pemaparan mereka sungguh memberikan pencerahan dan membuka wawasan kami.
Deddy Dahlan yang humoris mengisahkan seseorang yang mendapat uang berlimpah dari merekam aktivitasnya bermain game dan diunggah ke You Tube. Dia berhasil meraup 7.2 juta dollar dari rekaman tersebut. Ada pula kisah seorang karyawan yang resign untuk mencurahkan passionnya membuat komik. Cara dia membuat komik direkam dan diedarkan di You Tube. Penghasilannya kini berlipat ganda dibandingkan ketika dia bekerja dulu. Ini adalah contoh-contoh orang yang berhasil menggunakan passion untuk mendapatkan penghasilan. Mereka melakukan kegiatan yang disukai tanpa harus kehilangan mata pencaharian. Sebenarnya setiap orang bisa melakukannya, asal sungguh-sungguh mengasah passionnya. Tidak butuh modal banyak, yang diperlukan adalah 'nyali' untuk berbuat.
Sedangkan Paul Kartono menjelaskan bahwa tidak ada korelasi lurus bahwa bisnis bermodal kecil hasilnyajuga kecil, atau bermodal besar hasilnya akan besar. Kunci sukses bisnis adalah pengelolaan uang yang baik. Harus ada pemisahan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bisnis. Disiplin dalam hal ini akan membuat perusahaan maju pesat. Kebanyakan kasus perusahaan yang bangkrut adalah tak menerapkan disiplin manajemen seperti itu.
Indra Uno membeberkan bahwa PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, bisa berjalan dengan sukses karena adanya keberanian, passion dan karakter. Perusahaan ini juga menerapkan partnership yang juga dapat menajdi pemilik saham. Tentu saja partner ini harus memilik karakter yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Misalnya, harus mengenal seluk beluk industri yang sedang digeluti saat ini.
Acara Kopdar ini juga menampilkan para juara dari ajang FWD tahun lalu. Antara lain Yukka Harlanda (CEO Brodo Footwear), Leonora Adelia (founder Travas Live). Mereka juga berbagi pengalamannya dalam mengembangkan bisnis berdasarkan passionnya masing-masing. Misalnya Yukka, pengalamannya yang sulit mencari sepatu ukuran besar mendorongnya untuk memproduksi sepatu-sepatu sendiri. ternyata sepatu big size menjadi kebutuhan banyak orang. Yukka sukses menggarap lahan yang belum banyak disentuh ini.
[caption caption="talk show Kopdar Bebas Berbagi (dok.Widha Karina)"]
Kegiatan yang menarik ini dimeriahkan oleh grup musik Jakarta Pad Project. Grup ini menyuguhkan musik dengan menggunakan IPAD. Jadi tidak ada drum, keyboard, gitar dan alat musik lainnya. Semua bisa dimainkan dari IPAD masing-masing. Hebatnya, tidak mengurangi kenikmatan mendengarkan live music sebagaimana grup musik dengan peralatan musik yang lengkap. Seluruh pengunjung enjoy dengan lagu-lagu yang dibawakan mereka.
[caption caption="grup musik yg menggunakan Ipad (dok.Widha Karina)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H