Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

(KPK Gerebek 16) KML Mengangkat Hasil Laut Indonesia ke Dunia Internasional

28 Agustus 2015   07:20 Diperbarui: 28 Agustus 2015   07:20 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="PT KML (kelola minota laut) dalam pameran ekspor (dok.pribadi)"][/caption]

Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki kekayaan laut yang luar biasa. Utamanya adalah hasil laut yang berupa ikan, udang dsb. Karena itulah banyak negara tetangga yang iri dan berusaha mencuri ikan di perairan Indonesia. Tak heran jika menteri Susi sangat galak dalam hal ini. Berbagai jenis ikan yang hidup di laut kita ternyata sangat laku di jual di pasar Internasional. Dan ini merupakan potensi ekspor yang sangat prospektif. Hal ini membuka wawasan para kompasianer pada waktu acara KPK Gerebek16 di Pameran UKM ekspor yang berlangsung di gedung Smesco, 25-26 Agustus yang baru lalu.

Adalah PT KML (Kelola Minota Laut/KML food) sebagai salah satu perusahaan yang berhasil mengangkat derajat hasil laut Indonesia sebagai komoditas bernilai tinggi ke dunia internasional. KML telah mampu mengekspor hasil laut Indonesia ke negara-negara terkemuka seperti Amerika Serikat dan Jepang. Hasil laut yang dikirim ke negara-negara tersebut ada yang berupa bahan mentah (ikan yang dibekukan) dan juga ada yang dalam bentuk olahan (bakso udang, bakso ikan dll).

Penduduk Jepang mengkonsumsi ikan terbanyak di dunia. Karena itu kebutuhan pasokan ikan sangat dibutuhkan dari negara-negara yang menjadi produsen ikan. Hasil laut Indonesia sangat diminati, yang paling terkenal adalah ikan tuna yang memang berlimpah di laut Indonesia. Tidak mudah menembus pasaran di Jepang karena negara ini sangat ketat dalam peraturan impor ikan dengan standar kelayakan yang tinggi. Begitu pula dengan AS yang sangat selektif menerima ekspor dari negara dunia ketiga. Namun PT KML telah berhasil memenuhi standar tersebut sehingga hasil laut Indonesia laris manis dijual di negara-negara tersebut.

[caption caption="Winanda prima (dok.pribadi)"]

[/caption]

"Standar kelayakan sangat tinggi. Kalau ada ditemukan satu rambut saja dalam pengiriman ikan kita, maka akan ditolak dan dikembalikan," jelas Winanda Prima, Dirut PT Mitra Nasional Kualitas, yang mengawasi kualitas ikan yang diekspor dari KML.

Menurut keterangan Agus Sulaiman, area sales manager PT Kelola Niaga Makmur yang membidangi penjualan dari KML, untuk Amerika Serikat, hasil laut kita bisa berubah merek. Ada yang langsung menjualnya tanpa mengubah asal bahwa ikan-ikan itu berasal dari Indonesia. Tapi ada juga yang menggantinya dengan kemasan ala perusahaan yang mengimpor. Semua tidak menjadi masalah bagi PT KML, yang penting hasil laut kita diterima dengan baik dan laku terjual.

Sukses yang diraih PT KML tidak terjadi begitu saja. Perusahaan yang didirikan oleh Mohammad Nadjikh ini memulai usahanya pada tahun 1994 dari 'kelas teri'. Perusahaan ini baru memiliki sebuah unit pengolahan sederhana yang berupa 'kandang kuda' di desa Soboronto, Kecamatan Tambak Boyo Kabupaten Tuban. Unit ini benar-benar hanya mengolah teri nasi (chirimen). Usaha itu berkembang pesat sehingga pada tahun 1999 mampu mendirikan unit pengolahan ikan dan chepalopoda dengan produk unggulan berupa kakap merah (scarlet snapper), ikan karang (coral fish), gurita (octopus), tenggiri, tuna dan ikan-ikan air tawar lainnya.

[caption caption="produk olahan ikan (dok.pribadi)"]

[/caption]

Pengembangan usaha terus berlanjut. Pada tahun 2001 mendirikan unit pengolahan udang di Gresik dan Makassar dengan kapasitas produksi 12 000 ton pertahun. Lalu pada tahun 2003 membangun unit pengolahan Rajungan di Gresik dengan kapasitas 2100 ton daging rajungan. Sedangkan pada tahun 2005 mengembangkan unit pengolahan seafood dengan aneka jenis produk seperti butterfly shrimp, crispy deli, shrimp pastry, spring roll dll. Produk olahan ini untuk pasar domestik dengan kapasitas 2000 ton pertahun.

[caption caption="produk vegetables (dok.pribadi)"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun