Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Jakarta Butuh Identitas

6 Juli 2015   02:27 Diperbarui: 6 Juli 2015   02:27 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Apa yang menjadi ciri khas Jakarta sebagai sebuah ibukota? sampai saat ini yang terpikir oleh masyarakat umum adalah soal macet dan banjir. Betapa kita menjadi lupa bahwa ada begitu banyak hal menarik yang bisa kita temukan Karena itu, maka harus ada suatu identitas tersendiri yang dimiliki Jakarta. Ini penting untung menunjukkan wibawa Jakarta sebagai ibukota, kota metropolitan dan kota terbesar di Indonesia.

Sudah tentu, yang menjadi dasar dari identitas Jakarta berasal dari sejarahnya. Dalam hal ini ada dua unsur, pertama adalah peninggalan masa penjajahan Belanda. Kedua adalah adat istiadat penduduk asli yang lebih dikenal sebagai orang Betawi. Dua unsur ini saling berkaitan menopang keberadaan Jakarta sehingga eksis hingga sekarang.

Peninggalan masa penjajahan Belanda ditandai dengan bangunan-banguna tua dan antik yang masih bisa dipertahankan. Sebagian memang telah lenyap dimakan para pemilik  modal alias kapitalis yang menyulap bangunan tua menjadi kawasan modern. Untunglah bangunan-bangunan bersejarah yang paling penting masih bisa diselamatkan, terutama di kawasan Kota tua. Kita bisa mengenali Stasiun kereta Kota atau Beos, Gedung BI (Bank Indonesia), Musium Fatahillah, Musium senirupa dll.

Kesadaran pemerintah untuk memelihara bangunan-banguna tua bersejarah ini sudah cukup lumayan. Pada momen-momen tertentu, selalu ada acara yang diselenggarakan di dalam atau di halaman gedung. Misalnya dalam rangka ulang tahun kota Jakarta atau memeringati Kemerdekaan Indonesia. Biasanya, ada keramaian tersendiri di halaman musium Fatahillah seperti panggung konser untuk musik dan seni. Acara-acara seperti ini selalu dipadati oleh pengunjung.

Namun bangunan tua tidak hanya ada di kota tua. Bangunan-bangunan lainnya yang berada di sudut lain Jakarta juga memerlukan perhatian agar juga dikenal sebagai bagian dari Jakarta. Misalnya, kawasan Pelabuhan Tanjung Priok yang juga dikelilingi bangunan bersejarah, termasuk stasiun Tanjung Priok. Kemudian pelabuhan Marunda, dimana tak jauh dari situ ada rumah pahlawan legendaris Betawi yaitu Bang Pitung. Lalu kawasan Tanah Abang, dengan musium dan kuburan zaman Belanda yang cukup menarik. Begitu pula tempat-tempat yang lain. Semua itu butuh penanganan yang profesional sebagai bagian dari identitas Jakarta.

Mengenai penduduk asli, memang sebagian besar sudah tersingkir ke wilayah pinggiran seperti Depok, Tangerang dan Bekasi. Namun ciri khas penduduk asli tidak bisa ditinggalkan. Sebagai contoh, masih ada pernikahan adat Betawi, lengkap dengan roti buaya. Kemudian ondel-ondel, delman dll, yang masih bisa ditampilkan tanpa harus menunggu momen tertentu. Saat ini Gubernur DKI telah membiasakan mengenakan pakaian adat Betawi. Alangkah baiknya, setiap pegawai juga melakukannya pada satu hari setiap bulan, misalnya pada Jumat pertama. Demikian pula ikon ondel-ondel, bisa dipajang di setiap pintu masuk baik kantor atau pertokoan sebulan sekali.

Dengan cara-cara seperti itu, maka Jakarta terlihat memiliki identitas khusus. Hal ini tentu menjadi daya tarik bagi pendatang, teutama para turis dari luar negeri. Identitas ini akan mengalihkan perhatian orang (untuk saat tertentu) dari problema Jakarta seperti kemacetan dan banjir. Identitas yang bisa memberikan semangat bagi para penduduk maupun karyawan yang berada di ibukota Jakarta.

Tabek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun