Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pasar Klewer Pindah Ke Jakarta (#KPK Gerebek 15)

2 Juli 2015   07:57 Diperbarui: 2 Juli 2015   07:57 1313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasar Klewer pindah ke Jakarta? setidaknya itulah gambaran ketika memasuki area "Ngenteni Buka Ning Pasar klewer" yang digelar di halaman La Piazza, Kelapa Gading sejak tanggal 19 Juni hingga 5 Juli 2015. Kita akan menemukan sepenggal kenangan akan pasar terkenal di Solo yang habis dilalap si jago merah beberapa bulan yang lalu. Boleh dikatakan event ini menjadi tombo kangen bagi orang yang sudah pernah mengunjungi Pasar Kewer.

La Piazza sengaja mengusung tema "Ngenteni Buka Ning Pasar Klewer" sebagai salah satu bentuk kepedulian Summarecon kepada para pedagang batik di Pasar Klewer yang tertimpa musibah kebakaran. Event ini menjadi menarik di bulan Ramadhan dimana para pengunjung yang berpuasa ngabuburit sekaligus menanti saat berbuka puasa di sana. Bahkan kita bisa berbelanja baju batik untuk persiapan lebaran nanti. Saya dan teman-teman berkunjung dalam rangka KPK Gerebek 15 atas undangan mbak Indri dari La Piazza.

Memasuki area Pasar Klewer ala La Piazza ini, kita langsung disuguhkan suasana yang akan mengingatkan  pada kota Solo. Ada gerbang yang mirip gerbang di Kasunanan Solo, lengkap dengan tulisan PB X. Beberapa meter di depannya ada sebuah tugu jam yang bersanding dengan becak khas kota tersebut. Selain itu ada pula sebuah replika kereta kencana yang terparkir di sudut.  Tentu saja hal itu membuat para pengunjung ingin berselfie ria. Apalagi mereka yang datang bersama keluarga, anak-anak kecil pun sangat senang dapat menaiki becak dan kereta kencana. Maklum kendaraan-kendaraan seperti itu tak terdapat di Jakarta.

Mulailah kita berwisata kuliner disini. Ada banyak jajanan yang memikat dan mengundang selera, baik makanan maupun minuman. Ada 10 kuliner yang asli didatangkan dari Solo. Antara lain, Markobar, Srabi Solo Notosuman Ny.Handayani, Jamu Arum Sari, Pukis Telur Kampung asli dan Lekker Solo Sumber Rejeki, Oleh-oleh Solo khas Ny.Handayani, Nasi Liwet dan Ayam Goreng Kampung Asli Solo Ny Lany, Selat Segar Galantin & Nasi Langgi Solo, Bakso Pak Min Penumping Solo, Dawet Bu Dermi Solo dan Soto Ayam Lek Sri asli Solo. Selain itu kita juga bisa menemukan kuliner lain sperti es campur Garut atau nasi Goreng Kambing Tanah Abang.

Saya tertarik untuk mencicipi kuliner yang paling ramai dipadati pengunjung. Kuliner yang selalu antri panjang adalah Markobar (Martabak Kotta Barat) milik putra Presiden Jokowi, Gibran. Saking banyaknya orang yang ingin membeli, satpam menerapkan sistem buka tutup pembatas pita. (jadi mirip jalan ke Puncak ya). Mungkin mereka penasaran terhadap Markobarnya Gibran. Bayangkan, setelah mengantri, kita harus menunggu martabak pesanan siap dalam waktu lebih dari satu jam. Saya terlalu putus asa untuk mengantri dan menunggu. Tapi kompasianer lain cukup tabah, yaitu Topik Irawan dan Erwin Ajah. Begitu pula mbak Wardah Fajri yang berhasil mendapatkan satu martabak.

Eh, harga Markobar paling murah adalah RP 38 000,- yang berisi meses. Sedangkan paling mahal Rp 144 000,- dengan variasi isi. Ada yang menggunakan coklat Kit Kat. Mbak Wardan berbaik hati memberi saya sepotong martabak sehingga saya bisa mencicipinya. Kelebihan dari martabak ini adalah seratnya yang halus dan lembut, sedangkan di pinggirannya bisa menjadi renyah. Walau saya gagal membeli Markobar, saya melipur hati dengan membeli martabak mini yang juga lezat. Barangkali suatu saat saya mempunyai kesempatan lain untuk membeli Markobar.

Kuliner lain yang dikerubuti pengunjung adalah gudeg Laminten asal Jogjakarta. Ini memang makanan kesukaan saya. jadi saya memutuskan berbuka puasa dengan nasi gudeg telor. Sedangkan minumannya saya pilih satu butir kelapa muda plus teh botol. Maklum udara panas membuat saya ingin balas dendam dengan minum sebanyak-banyaknya. Mas Agung Han  juga ikut membeli nasi gudeg. Sementara Topik memilih sate dan Erwin Ajah memutuskan mencicipi ketupat sayur.

Untuk menandai datangnya adzan Maghrib, ada sebuah parade beduk di atas panggung. Beduk-beduk itu akan ditabuh dengan irama cepat dan indah sehingga kita menjadi tambah bersemangat berbuka puasa. Sedangkan di tengah-tengah area adalah panggung seni. Saya menikmati tembang-tembang Jawa yang dilantunkan seorang penyanyi berpakaian kebaya dari Sanggar Seni Baratha. Pengiringnya adalah pemain gamelan yang juga menggunakan baju adat Jawa, lengkap dengan blangkonnya.

Kalau sudah puas menikmati makanan, kita bisa masuk ke dalam ruang pameran batik. Disini ada 36 pedagang batik dari Pasar Klewer dan satu pedagang kerajinan tangan dari Jogjakarta. Suasananya sangat bersih dan nyaman. Kain-kain batik yang indah dibentangkan sehingga kita bisa melihat keunikan corak dan motifnya. Kain-kain batik ini terdiri dari dua pilihan yaitu batik tulis dan batik print. tentu saja batik tulis jauh lebih mahal dari batik buatan pabrik. Namun kita bisa membeli dan memilih sesuai dengan isi kantong masing-masing.

Oh ya, cara berbelanja di Pasar Klewer ini tidak dengan uang tunai lho, melainkan dengan sebuah kartu. Kita bisa menukarnya di loket-loket yang telah tersedia. Kalau ternyata isinya habis sebelum kita puas membeli, maka bisa di top up kembali. Ini yang membedakan antara Pasar Klewer yang asli dengan yang 'palsu'. Pasar Klewer ala La Piazza menggunakan cara yang lebih modern karena berada di ibukota Jakarta. So, jangan lewatkan untuk mengunjungi event ini. Mumpung masih ada diskon untuk batik dan mencicipi makanan asli kita Solo.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun