Pasar Klewer pindah ke Jakarta? setidaknya itulah gambaran ketika memasuki area "Ngenteni Buka Ning Pasar klewer" yang digelar di halaman La Piazza, Kelapa Gading sejak tanggal 19 Juni hingga 5 Juli 2015. Kita akan menemukan sepenggal kenangan akan pasar terkenal di Solo yang habis dilalap si jago merah beberapa bulan yang lalu. Boleh dikatakan event ini menjadi tombo kangen bagi orang yang sudah pernah mengunjungi Pasar Kewer.
La Piazza sengaja mengusung tema "Ngenteni Buka Ning Pasar Klewer" sebagai salah satu bentuk kepedulian Summarecon kepada para pedagang batik di Pasar Klewer yang tertimpa musibah kebakaran. Event ini menjadi menarik di bulan Ramadhan dimana para pengunjung yang berpuasa ngabuburit sekaligus menanti saat berbuka puasa di sana. Bahkan kita bisa berbelanja baju batik untuk persiapan lebaran nanti. Saya dan teman-teman berkunjung dalam rangka KPK Gerebek 15 atas undangan mbak Indri dari La Piazza.
Memasuki area Pasar Klewer ala La Piazza ini, kita langsung disuguhkan suasana yang akan mengingatkan pada kota Solo. Ada gerbang yang mirip gerbang di Kasunanan Solo, lengkap dengan tulisan PB X. Beberapa meter di depannya ada sebuah tugu jam yang bersanding dengan becak khas kota tersebut. Selain itu ada pula sebuah replika kereta kencana yang terparkir di sudut. Tentu saja hal itu membuat para pengunjung ingin berselfie ria. Apalagi mereka yang datang bersama keluarga, anak-anak kecil pun sangat senang dapat menaiki becak dan kereta kencana. Maklum kendaraan-kendaraan seperti itu tak terdapat di Jakarta.
Mulailah kita berwisata kuliner disini. Ada banyak jajanan yang memikat dan mengundang selera, baik makanan maupun minuman. Ada 10 kuliner yang asli didatangkan dari Solo. Antara lain, Markobar, Srabi Solo Notosuman Ny.Handayani, Jamu Arum Sari, Pukis Telur Kampung asli dan Lekker Solo Sumber Rejeki, Oleh-oleh Solo khas Ny.Handayani, Nasi Liwet dan Ayam Goreng Kampung Asli Solo Ny Lany, Selat Segar Galantin & Nasi Langgi Solo, Bakso Pak Min Penumping Solo, Dawet Bu Dermi Solo dan Soto Ayam Lek Sri asli Solo. Selain itu kita juga bisa menemukan kuliner lain sperti es campur Garut atau nasi Goreng Kambing Tanah Abang.
Saya tertarik untuk mencicipi kuliner yang paling ramai dipadati pengunjung. Kuliner yang selalu antri panjang adalah Markobar (Martabak Kotta Barat) milik putra Presiden Jokowi, Gibran. Saking banyaknya orang yang ingin membeli, satpam menerapkan sistem buka tutup pembatas pita. (jadi mirip jalan ke Puncak ya). Mungkin mereka penasaran terhadap Markobarnya Gibran. Bayangkan, setelah mengantri, kita harus menunggu martabak pesanan siap dalam waktu lebih dari satu jam. Saya terlalu putus asa untuk mengantri dan menunggu. Tapi kompasianer lain cukup tabah, yaitu Topik Irawan dan Erwin Ajah. Begitu pula mbak Wardah Fajri yang berhasil mendapatkan satu martabak.
Kuliner lain yang dikerubuti pengunjung adalah gudeg Laminten asal Jogjakarta. Ini memang makanan kesukaan saya. jadi saya memutuskan berbuka puasa dengan nasi gudeg telor. Sedangkan minumannya saya pilih satu butir kelapa muda plus teh botol. Maklum udara panas membuat saya ingin balas dendam dengan minum sebanyak-banyaknya. Mas Agung Han juga ikut membeli nasi gudeg. Sementara Topik memilih sate dan Erwin Ajah memutuskan mencicipi ketupat sayur.
Kalau sudah puas menikmati makanan, kita bisa masuk ke dalam ruang pameran batik. Disini ada 36 pedagang batik dari Pasar Klewer dan satu pedagang kerajinan tangan dari Jogjakarta. Suasananya sangat bersih dan nyaman. Kain-kain batik yang indah dibentangkan sehingga kita bisa melihat keunikan corak dan motifnya. Kain-kain batik ini terdiri dari dua pilihan yaitu batik tulis dan batik print. tentu saja batik tulis jauh lebih mahal dari batik buatan pabrik. Namun kita bisa membeli dan memilih sesuai dengan isi kantong masing-masing.
Â