Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Fungsi Orangtua Diabaikan, Dimana Peran Agama

20 Mei 2015   16:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:47 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Di zaman sekarang semakin banyak orangtua yang tidak menjalankan fungsinya dengan baik.  Anak hanya dianggap sebagai suatu kepemilikan, tak ubahnya sebagai benda mati yang bisa diperlakukan sesuka hati. Entah sudah berapa kasus dimana orangtua melakukan kekerasan terhadap anak. Selain kasus Utomo, ada pula kasus dimana seorang ayah tega membunuh empat anaknya yang balita dan memerkosa putrinya sendiri.

Sungguh suatu ironi semua hal ini terjadi. Indonesia dikenal dengan negara yang beragama. Sebagian besar menganut Islam yang mengajarkan betapa pentingnya pengasuhan orangtua terhadap anak. Begitu pula agama-agama yang lain,  memberikan pelajaran yang baik soal orangtua dan anak-anaknya. Lantas dimana salahnya? mengapa ajaran agama seakan tidak berbekas dalam kehidupan sehari-hari.

Terjadi distorsi terhadap pengertian soal agama. Betapa pandangan agama dibuat menjadi picik dan sempit. Kita melihat bahwa yang terjadi sekarang ini agama menjadi jalan untuk radikalisme dan fanatisme yang membabi buta. Selain itu, agama hanya menjadi dogma. Padahal agama pada dasarnya untuk menjaga keharmonisan di alam semesta. Kesalahan pengertian ini tentu tak lepas dari panutan para alim ulama.

Kemungkinan pertama, ulama hanya mengajarkan teori dengan banyak kitab, tetapi lupa dengan memberikan teladan yang baik. Kita juga melihat justru banyak ulama yang terjerumus dalam urusan duniawi tetapi menggunakan agama sebagai perisai. Entah setan yang terlalu kuat atau memang ulama yang bersangkutan lalai dalam menambah api keimanan. Jika ulama saja menyelewengkan ajaran agama, apalagi orang-orang di bawahnya. Parahnya, masyarakat juga kehilangan tokoh yang pantas diteladani dari elite politik saat ini.

Kemungkina kedua, ulama tidak mau membumi. Mereka terpaku dalam kerajaannya di majelis-majelis taklim tertentu, di pesantren tertentu, tetapi tidak terjun langsung ke masyarakat. Hal ini menyebabkan mereka tidak tahu penyakit-penyakit sosial yang berkembang di masyarakat. Seandainya ada yang rajin bersentuhan dengan masyarakat, maka mereka bisa meminimalisir dampak negatif dari penyakit-penyakit tersebut.

Kemungkinan ketiga, para alim ulama tidak pernah mengantisipasi perkembangan zaman dimana era internet semakin memperbudak manusia, kemudian serangan miras dan narkoba, serta video porno. Di sisi lain, tuntutan ekonomi yang tinggi telah banyak menyita waktu seseorang sehingga lupa berinteraksi dengan Tuhannya. Seharusnya ulama mewaspadai hal ini sejak dini agar tidak semakin meluas.

Saya berharap, peristiwa demi peristiwa yang terjadi mampu menggugah kesadaran alim ulama untuk lebih banyak berbuat. Mereka harus mengubah pola pikir dan sistem yang usang, yang tak lagi mampu membentengi manusia dari godaaan setan. Cara menyampaikan ajaran butuh inovasi dan kreativitas lebih dari ulama agar meresap ke dalam jiwa umat. Semoga hal ini bisa terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun