Seorang teman di facebook menceritakan kecemasannya akan perkembangan anak-anaknya. Apalagi anak-anak begitu senang menggunakan internet. Pernah pada suatu hari ia dan heran menyaksikan putranya yang baru SMP, terlihat panas dingin dan gemetar di depan lap top. Padahal setahu dia, anaknya dalam keadaan sehat. Dengan penuh rasa ingin tahu, teman ini melihat dari balik punggung si anak. Betapa kagetnya ia ketika melihat di layar monitor tampak sepasang remaja sedang melakukan hubungan intim.
Teman saya sangat shock melihat hal tersebut. Ia lalu menginterogasi putranya, mengapa mengakses video porno. Namun si anak menyangkal ia tak sengaja. Anak itu mendapat kiriman dan tawaran melalui inbox di facebook. Ketika dibuka, ternyata penawaran pelayanan sex. Dalam pesan di inbox, ada dicantumkan link untuk mengetahui secara detail. Di link itu kita bisa mendapati foto syur gadis-gadis dalam pakaian minim dengan senyum menggoda. Bahkan juga disediakan contoh dari adegan-adegan hubunga intim antara seorang gadis dengan seorang pria.
Pantas saja anaknya menjadi gemetar dan panas dingin. Ia terpengaruh dengan apa yang ditontonnya. Teman saya kebingungan bagaimana mengatasi hal ini. Memang isi di inbox bisa dihapus, tetapi hal itu tidak menjamin bahwa tidak akan ada lagi orang yang mengirim tawaran prostitusi on line melalui facebook tersebut. Dan ia tidak ingin anaknya menjadi ketagihan, lalu diam-diam menonton video-video porno di saat dia lengah.
Prostitusi on line sudah tidak pandang bulu dalam mencari pelanggan atau konsumen. Pengelola prostitusi on line secara sembarang saja menawarkan bisnis esek-esek tersebut tanpa menyelidiki siapa si empunya akun medsos tersebut. Saya sendiri pernah juga mendapat pesan di inbox dari seorang wanita muda yang seksi. Melihat akunnya penuh dengan foto-foto syur, mempertontonkan aurat dan wilayah yang pribadi. Mungkin karena saya jarang menggunakan foto profil yang asli, mereka mengira saya laki-laki.
Yang jelas kita harus mawas diri, terutama orang tua yang memiliki anak-anak yang beranjak remaja. Jangan biarkan mereka menghadapi komputer terlalu lama. Jika tidak mengerjakan tugas sekolah, ajak anak-anak melakukan kegiatan yang lain. Seandainya para orang tua bisa mencari perangkat soft ware yang bisa menangkal prostitusi dan pornografi, tentu hal itu akan mengurangi kecemasan kita. Adalah suatu hal yang mustahil mengawasi anak-anak remaja 24 jam, kita tidak tahu apa yang terjadi jika mereka sedang berkumpul dengan teman-temannya.
Di Tangerang, telah banyak kasus dimana sekelompok anak SD menonton video porno dalam salah satu rumah yang tidak ada orang tuanya. Akibat kebanyakan nonton video semacam itu, mereka akhirnya berani melakukan pencabulan terhadap seeorang balita. Sungguh mengerikan akibat dan pengaruh dari konten video porno, baik yang bisa dibeli melalui DVD atau yang bisa didapat secara online.
Kita berharap pemerintah secepatnya menangani masalah ini agar anak-anak remaja tidak terus menjadi korban prostitusi on line. Hal ini semakin merusak mental generasi muda yang kita harapkan. betapa banyak bahaya yang mengacam mereka, narkoba, miras dan pornografi. Sungguh berat tugas dan tanggung jawab sebagai orangtua, yang tak bisa mencegah dampak dari kemajuan zaman dan canggihnya teknologi. Internet menjadi suatu momok yang mengerikan gara-gara disalahgunakan orang-orang berjiwa setan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H