Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bikini dan Under Cover Jakarta

24 April 2015   17:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:43 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_412480" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com/Philip Mackenzie/sxc.hu)"][/caption]

Masih ingat buku Under Cover Jakarta? buku itu mengungkap sisi hitam kehidupan Jakarta. Kita jadi tahu bagaimana orang-orang yang telah diperbudak nafsu, menyukai free sex dan juga bisnis esek-esek. Proses dekadensi moral ternyata masih  terus terjadi sehingga telah merambah kepada anak-anak dan remaja. Gaya hidup kota metropolitan menjadikan generasi muda ini terjebak pada kebebasan yang salah kaprah.

Sampai sekarang Jakarta menyimpan lembaran-lembaran hitam. Banyak kisah yang memotret kehidupan remaja di kota Jakarta. Anda bisa menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Misalnya, jika berada di mal Atrium Senen, ada banyak remaja yang menjajakan diri sebagai PSK. Mereka berpakaian vulgar, seperti rok mini atau celana pendek, berha-ha hi-hi bersama beberapa orang teman. Kadang menyusuri koridor mal atau berhenti sementara, mengobrol di salah satu sudut. Beberapa pria, yang biasa menjadi pelanggan remaja ini akan mendekati dan melakukan negosiasi.

Para pemangsa remaja justru kebanyakan pria yang sudah matang. Bahkan ada yang tampak terang-terangan. Jika libido sudah memuncak, Pria-pria ini tak segan mengedip-ngedipkan matanya kepada remaja-remaja yang ada di mal tersebut. kalau remaja itu orang baik-baik, dia akan marah pada pria tersebut. tapi kalau remaja itu adalah PSK, maka akan langsung menyambut dan ikut keluar bersama si pria.

Kebanyakan alasan dari remaja-remaja itu melacurkan diri, bukanlah karena himpitan ekonomi, demi mengisi perut. Kadangkala mereka hanya ingin berganti HP tercanggih atau membeli pakaian-pakaian bermerek agar kelihatan lebih keren dari teman-temannya. Sebagian karena kurang perhatian orang tua, dan melampiaskannya pada pria-pria matang yang tampaknya akan memenuhi pemintaan mereka akan barang-barang yang mereka sukai.

Gaya hidup remaja tajir juga tak kalah seru. Jika mereka ulang tahun, perayaan itu tidak sekedar pesta dengan makanan melimpah ruah. Ada narkoba dan miras, serta mengundang penari streaptease. Remaja putri pun tidak malu-malu menyaksikan penari laki-laki menelanjangi diri di depan mereka. Bahkan mereka ikut menyentuh bagian tertentu dari tubuh si penari laki-laki.

Nah, pesta bikini hanya salah satu dari gaya hidup remaja metropolitan yang sangat berkiblat pada dunia Barat. Mereka menganggap sah dan lumrah mengadakan pesta bikini. Apalagi alasannya adalah untuk melepaskan ketegangan setelah menghadapi UN. Tapi bisa dibayangkan apa yang akan terjadi setelah pesta bikini selesai. Adakah jaminan tidak ada remaja pria yang turut menikmati pesta tersebut?

Beberapa tahun yang lalu, ada survey yang mengejutkan, bahwa lebih dari 70% remaja putri di Jakarta sudah tidak perawan. Mereka diam-diam menjalani kehidupan free sex dengan pasangannya, tentu saja tanpa sepengetahuan orang tua. Bahkan ada gadis yang baru kuliah, mengaku bahwa ia berhubungan badan dengan pacarnya di rumah, saat kedua orang tuan sedang bekerja. Sedangkan para pembantu tidak ada yang berani mengadukan hal itu kepada majikannya.

Kasus pesta bikini, seharusnya bisa membuat orangtua remaja-remaja itu melek bahwa anak gadis mereka bukanlah anak yang manis dan pendiam. Bahaya mengancam mereka. gadis-gadis itu bisa menjadi sasaran eksploitasi oleh pria-pria jahat. Apalagi jika ada orang yang merekam semua peserta pesta bikini. Sudah saatnya mengetatkan pengawasan kepada anak-anak remaja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun